Senin, 21 Desember 2009

Kompas ; Radar Bojonegoro ; Pesisir Timur (Wawasan)


600 Seniman Blora Deklarasikan Barongan

Senin, 21 Desember 2009 | 03:40 WIB

BLORA, KOMPAS - Pemerintah Kabupaten Blora dan 600 seniman barongan mendeklarasikan barongan sebagai kesenian khas Blora, Jawa Tengah. Deklarasi itu berbentuk pernyataan barongan sebagai spiritualitas hidup dan kesenian masyarakat Blora serta parade tari 600 singa barong.

Para seniman dari 16 kecamatan di Blora, Sabtu (19/12), memadati Jalan Pemuda, Blora. Mereka memakai topeng singa barong, tokoh utama lakon pertunjukan barongan, dan membentuk barisan tiga deret sepanjang sekitar 1,5 kilometer.

Dua barongan raksasa Risang Guntur Seto yang diusung 6-8 seniman berada di barisan paling depan. Di belakangnya, pemain- pemain kesenian barongan selain Singa Barong, seperti Bujangganong (Pujangga Anom), Joko Lodra (Genderuwo), pasukan berkuda, Noyontoko, Untub, dan Gainah, menari sesuai gaya dan karakter masing-masing.

Ketua Panitia Deklarasi Barongan Pudiyatmo mengatakan, barongan merupakan seni pertunjukan sekaligus legenda masyarakat Blora. Barongan mengisahkan tentang peperangan antara Jaka Lodra dan Pujangga Anom melawan Singa Barong penjelmaan Adipati Gembong Amijoyo. ”Singa Barong juga dipercaya sebagai penunggu hutan Blora. Kepercayaan itu tidak lepas dari sekitar 50 persen luas wilayah Blora adalah kawasan hutan,” kata Pudiyatmo.

Dosen Institut Seni Indonesia Solo sekaligus peneliti barongan, Slamet MD, mengemukakan, sudah bertahun-tahun barongan merupakan pembawa spiritual kehidupan Blora. Barongan digunakan sebagai sarana upacara ritual lamporan (mengusir penyakit dan kejahatan), ruwatan wong sukerto (orang bernasib buruk), perkawinan, khitanan, dan bersih desa. (hen)

-------

Minggu, 20 Desember 2009

600 Grup Barongan Atraksi Masal
BLORA - Enam ratus grup barongan se-Kabupaten Blora kemarin (19/12) memadati Jalan Pemuda. Mereka menggelar atraksi masal untuk mendeklarasikan kesenian barongan sebagai kesenian khas dan asli Blora.

''Jika di Ponorogo ada reog, di sini ada barongan karena kesenian ini sudah mendarah daging bagi warga Blora,'' ujar Pudiyatmo, kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (DPKPOR) Blora.

Selain Bupati Yudhi Sancoyo dan Ketua DPRD Maulana Kusnanto, deklarasi itu juga dihadiri para pejabat pemkab setempat dan Profesor Slamet, ahli kebudayaan dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. 'Kami ingin pemkab mengembangkan kesenian ini dan menjadikan kesenian ini kebanggaan dan budaya lokal yang adiluhung,'' tambah Pudiyatmo.

Enam ratus grup barongan itu tampil memanjang hingga lebih dari dua kilometer. Menurut Prof Slamet, dari catatan dirinya, kesenian barongan ada sejak sekitar tahun 1935. Kesenian itu merupakan kesenian asli Blora. Alasannya, sebuah buku yang ditulis warga Belanda, menyebutkan Gubernur Belanda saat itu pernah datang ke Blora dan disuguhi kesenian tersebut. Setiap tahun, kesenian barongan berkembang. ''Sebelum tahun 1945 kesenian Barongan masih merupakan kepercayaan dan olah kanuragan,'' tuturnya.

Sejak 1945 sampai 1965, kesenian barongan menjadi propaganda politik. Melalui kesenian ini, warga Blora ingin menggelorakan perlawanan pada penjajah. Karena itu, ada sebuah wadanan atau olok-olok untuk barongan. Yakni, barongan ora galak, barongan moto beling. Barongan ora galak, endas butak ditempiling (Barongan tidak galak, barongan bermata kaca. Barongan tidak galak, kepala botak di tempeleng). ''Wadanan ini isyarat karena mengandung makna semangat. Kepala botak yang dimaksud adalah penjajah saat itu sehingga harus ditempeleng dan diusir dari negeri ini,'' jelasnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, barongan menjadi seni pertunjukan, meski masih ada unsur mistiknya. Menurut Slamet, barongan sebagai alat mengusir energi jahat ketika itu masih ada.

Sejak 1965 sampai 1998, lanjut dia, kesenian ini terpengaruh dengan kuda lumping. Sehingga kuda lumping pun dimasukkan. ''Dan hingga sekarang barongan menjadi kesenian yang masih digemari,'' ujarnya. (ono)

-------
Monday, 21 December 2009

Pilkada Blora dianggarkan Rp 14 miliar

BLORA - Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah (Panwaslu Kada) Kabupaten Blora, sudah merampungkan tahapan uji kepatutan dan kelayakan 96 orang calon anggota Panwaslu Kada Kecamatan, mereka dari 16 kecamatan atau enam orang tiap kecamatan.

Dari enam orang calon tiap kecamatan akan dipilih tiga terbaik dengan tetap mengutamakan mantan anggota Panwaslu 2009, dan sangat memperhatikan 30 persen kuota perempuan.

”Kami sudah selesai melakukan uji kepatutan dan kelayakan dalam rapat pleno nanti, kami sepakat utamakan mantan anggota Panwaslu 2009 dan memperhatikan kuota perempuan,” jelas anggota Panwaslu Kada Blora Ninik Idhayati, Minggu (20/12).

Menurut mantan Ketua Panwaslu Kecamatan Blora yang kini masuk anggota Panwaslu Kada Kabupaten itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat sudah memenuhi ketentuan enam orang calon dari 16 kecamatan, setelah kuota semua kecamatan terpenuhi barulah Panwaslu Kada melakukan fit and proper test.

Ninik menyebut akan menyusun anggaran dengan prinsip efisiensi, seperti sewa mobil/motor (Panwaslu Kada Kabupaten) dan sewa motor untuk Panwaslu Kada Kecamatan yang Pemilu 2009 dapat jatah anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), kini dihilangkan.

”Ketua Panwaslu Kada Blora, Pak Wahono, sudah instruksikan sekrtetariat agar menghapus sewa mobil/motor untuk efisiensi,” jelasnya pada Wawasan di kantonya, kemarin.

Uang kehormatan
Sementara itu anggaran Pemilu Kada 2010 sudah dimasukkan dalam draf rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) 2010, yakni sebesar 14 miliar. Anggaran itu belum termasuk penyelanggara Pemilu bidang pengawasan (Panwaslu Kada).

Bupati Blora RM Yudhi Sancoyo menegaskan, gaji penyelenggara Pemilu Kada, khususnya panitia pemilihan kecamatan (PPK), besarnya uang kehormatan (bulanan) di sesuaikan dengan standardisasi yang ada di daerah. K.9-bg

------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar