Minggu, 24 Mei 2009

Radar Bojonegoro- JALAN TANPA MARKA


[ Jum'at, 22 Mei 2009 ]
Jalan Tak Bermarka, Warga Resah
BLORA - Sejumlah warga di wilayah Kecamatan Kota Blora mengaku resah. Hal itu dipicu tidak adanya marka jalan sebagai tanda dan pembatas jalan di Kota Sate tersebut. Akibatnya, warga harus ekstra hati-hati dan merasa tak nyaman selama berkendara di jalanan kota.

Endah, salah satu warga Desa Kamolan Kecamatan Blora mengaku tak bisa tenang ketika anaknya yang masih duduk di bangku SMA keluar rumah dengan menggunakan kendaraan bermotor. Apalagi, jika jalanan kota sedang padat. ''Mungkin kita bisa hati-hati sehingga tetap berjalan di jalur yang benar. Namun, bagaimana dengan pengendara lain?,'' ujar Endah sangsi.

Menurut dia, tidak adanya marka tersebut bisa berakibat fatal. Sebab, pengguna jalan bakal sulit memprediksi apakah dia masih berkendara di jalur yang sesuai atau tidak. Apalagi, jika jalanan kota sedang padat-padatnya. Yakni, sekitar pukul 06.00-07.30 di saat banyak warga yang berangkat ke tempat kerja maupun anak-anak yang menuju sekolah. Juga, pada petang menjelang malam saat banyak warga keluar rumah untuk sekadar jalan-jalan.

''Mungkin bagi beberapa orang ini hal sepeleh. Tapi, marka jalan tak hanya berfunsi sebagai tanda melainkan juga berperan dalam menjaga ketertiban jalan dan mengurangi angka kecelakaan karena ulah pengendara yang ceroboh,'' terang ibu dua putri ini.

Berdasarkan pantauan Radar bojonegoro, sejumlah jalan protokol di Kota Blora memang tidak terdapat marka. bahkan, dipemberhentian trafdficlight pun tidak terlihat tanda garis berwarna putih tersebut. Akibatnya, tak jarang pengendara yang berhenti di perempatan harus memundurkan kendaraannya lantaran terlalu dekat dengan persimpangan. (dim)
Panen, Petani Keluhkan Harga
BLORA - Memasuki musim panen biasanya menjadi hal menyenangkan bagi pemiliknya. Namun, tidak demikian dengan para petani ketela rambat di Kecamatan Sambong, Blora. Mereka mengaku resah lantaran harga ketela rambat mereka terus melemah dibandingkan panen musim lalu.

Parijan, 40, salah seorang petani menyatakan, pada musim panen ketela rambat tahun lalu, harga per kilo gramnya bisa mencapai Rp 1.200. Namun, saat ini tengkulak yang membeli hasil panennya hanya mematok harga Rp 800 per kilo gram. ''Jelas harga itu kurang ideal. Sebab, modal dan biaya perawatan yang kemi keluarkan juga cukup besar. Apalagi harga pupuk terus naik,'' ujar dia kepada wartawan koran ini ditemui di pematang sawahnya kemarin (21/5).

Dari informasi yang ia terima, lanjut Parijan, melemahnya harga ketela rambat pada musim panen tahun ini diakibatkan beberapa daerah lain juga sedang memasuki musim panen. Seperti Ngawi, Magetan dan Magelang. Sehingga, melimpahnya ketela rambat di pasar memaksa harga jual panen para petani terus melorot.

''Awal musim panen dua bulan lalu masih lumayan. Sebab, hasil panen kami masih bisa menembus harga Rp 1.000 per kilo gram. Namun, sebulan kemudian, harganya terus turun ke Rp 950 dan akhirnya sekarang hanya Rp 800 per kilo grram,'' tuturnya.

Menurut dia, modal tanam untuk setiap hektare lahan rata-rata Rp 2 juta. Jumlah itu belum termasuk ongkos tenaga kerja untuk nggulut (membuat gundukan berbaris tempat menanam benih, Red) serta biaya perawatan sekitar empat bulan lamanya. Padahal, jika hasil panennya bagus uangmaksimal yang bisa dikantongi adalah sekitar Rp 7,2 juta. ''Mau bagaimana lagi mas, lha memang kondisinya kayak gini,'' ujar Parijan pasrah. (dim)

Cerita Korban Pesawat Hercules Jatuh Asal Cepu
Tiga Hari Berturut-Turut Bibi Korban Mimpi Gigi Tanggal Semua

Kejadian yang akan menimpa biasanya diawali dengan firasat. Begitu juga dengan keluarga Kapten Andik Kristiawan. Bibi korban mengaku satu minggu sebelumnya, tiga hari berturut-turut mimpi giginya tanggal semua.

SRI WIYONO,Blora

---

Beberapa karangan bunga berjajar rapi di samping rumah sederhana yang dindingnya masih dari terbuat dari papan di Kampung Semangat Kelurahan Cepu. Kursi plastik berjajar rapi di sepanajang lorong menuju rumah itu. Banyak orang hilir mudik masuk ke rumah itu. Di dalam rumah, sebuah peti mati dijaga ketat tentara bersenjata lengkap. Sebuah pas photo nampak gagah diletakkan di ujung peti mati tersebut.

begitulah suasana di rumah duka Kapten Andik Kristiawan,34, salah satu korban dari jatuhnya pesawat Hercules, Rabu pagi lalu. Tak lagi, korban mestinya sudah menyandang pangkat mayor, karena dia dipromosikan menjadi Komandan Satkomlek Kosek II di Kohanudnas Ujungpanjang. Karena jabatan itulah dia naik pangkat satu tingkat. Namun, nasib berbicara lain, sebelum pangkat itu disandang, korban dipanggil di sisi Tuhan untuk selamanya.

Tidak ada firasat yang dialami kedua orang tua korban. Namun, tante korban Kusharini mengaku sempat mimpi selama tiga hari berturut-turut satu minggu sebelum kejadian.''Istri saya yang mimpi giginya tanggal semua. Jadi ya ompong seperti itu,'' kata Joko Agus Nugroho, suami Diah.

Joko inilah yang datang ke Madiun untuk mengambil jenazah Andik. Saat itu, dia mengaku hatinya sudah tidak enak ketika melihat siaran TV yang memberitakan ada kecelakaan pesawat milik TNI AU. Karena itu, dia kemudian mengontak istri korban yang ada di Jakarta. Ketika mendapat kepastian kalau Andik ada di pesawat itu dia langsung panik. '"Saya ajak orang tua korban ke Madiun,'' katanya.

Tiba di Madiun, tidak melihat kondisi yang sangat mengenaskan. Dia berada di antaranya mayat yang bergeletakan. Mayat-mayat itulah yang dia teliti satu per satu untuk mencari jenazah Kapten Andik. Tidak gampang mencari jenaah di antara puluhan jenazah yang kebanyakan tidak utuh itu. Karena banyak jenazah yang terbakar. ''Sampai saat ini saya masih mencium bau daging terbakar,'' katanya.

Meski harus menahan bau, dia terus berusaha mencari jenazah keponakannya. Hingga entah jenazah yang keberapa, dia akhirnya menemukan jenazah Kapten Andik. Dia mengaku lega karena jenazah Andik tidak ikut terbakar, sehingga masih utuh. Hanya, di bagian wajahnya luka tersayat cukup panjang. ''Jenazahnya belepotan lumpur,'' tambahnya.

Begitu sudah ditemukan, jenazah itu langsung dibawa diangkut ke rumah sakit oleh petugas. Dia terus mengikuti jenazah itu, karena orangtua korban sudah shock, bahkan sampai masuk harus dirawat di ICU sebentar, begitu melihat jenazah korban. Joko, yang masih bertahan terus mengikuti kendaraan yang mengangkut jenazah sampai ke rumah sakit. Dia bersama dengan Subandi, ayah korban. ''Ketika di rumah sakit, saya dan Pak Bandi sendiri yang memandikan. Biar cepet,'' katanya.

Usai dimandikan, kemudian dikafani. Mestinya, semua jenazah korban akan diberangkatkan Kamis kemarin dengan upacara militer. Namun, keluarga korban mengaku tidak bisa lagi menunggu, sehingga kemudian minta ijin untuk membawa pulang langsung pada malam itu. ''Komandannya akhirnya mengijinkan,'' ungkapnya.

Mengantongi ijin pulang, belum cukup, karena dia harus mencari ambulans. Padahal, ada puluhan jenazah yang harus diangkut, sehingga ambulans habis. Lag-lagi dia harus menghadap komandan korban yang berpangkat Kolonel, dan mengutarakan niatnya itu. ''Tidak sampai lima menit setelah komandan itu telepon, ambulan sudah datang,'' ujarnya. Akhirnya, pulul 18.00 jenazah korban bisa dibawa pulang, dan sampai ke Cepu sekitar pukul 20.00.

Kematian korban yang menjadi korban pesawat jatuh, memuat istri dan keluarga istri korban trauma naik pesawat. Karena itu, saat disediakan satu pesawat lagi untuk mengantar keluarga korban,istri korban tidak mau. Mereka memilih naik kereta api. 'Istri korban malah mengatakan tidak akan naik pesawat lagi,'' katanya.

Menurut tetangga dan kerabat korban, selama hidupnya, korban dikenal sebagai pribadi yang baik. Meski sebagai anggota dan berpangkat tinggi, namun dia tetap santun. Hal itu juga yang membuat dia disenangi banyak orang, termasuk teman-temannya di kampung. Korban juga dikenal rajin beribadah.''Saat ditemukan, semua barang korban masih utuh, termasuk sebuah tasbih yang selalu dia bawa,'' tandasnya. (*)

Minta Pekarangan Rumah Dimanfaatkan
BLORA - Peran serta kaum perempuan dalam menopang ekonomi keluarga, dicontohkan anggota tim penggerak PKK Blora. Kemarin, pengurus dan anggota organisasi yang dipimpin Manik Hapsari Yudhi Sancoyo itu melalukan panen perdana tanaman obat, sayuran dan ikan yang dipelihara di kebun percontohan PKK di komplek pendopo rumah dinas bupati. ''Ini sekaligus contoh pemanfaatan pekarangan rumah yang biasanya dibiarkan kosong,'' katanya.

Manik Hapsari mengatakan, kebun PKK kabupaten itu merupakan kebun percontohan yang penanaman perdananya dilakukan sekitar dua bulan yang lalu. ''Setelah dilakukan pemeliharaan berhari-hari, sekarang tiba waktunya menikmati hasil panen,'' ujarnya.

Dia menyebutkan, dengan adanya kebun PKK itu merupakan aksi nyata kaum perempuan dalam upaya pengejawantahan dari misi bupati Blora yakni wareg, waras, wasis dan wilujeng. Dia menjelaskan, kebun PKK yang ditanami dengan ubi-ubian, ketela pohong dan rambat, ganyong gembili, sayur-sayuran dan buah-buahan tersebut, merupakan pengejawantahan dari misi wareg. Sedangkan pondok toga yang di dalamnya terdapat tanaman obat-obatan seperti waluyo jati, daun dewa dan bunga cempaka merupakan aplikasi dari misi waras.

Pekarangan yang telah dijadikan kebun tersebut, kata ia, dapat digunakan sebagai tempat belajar bagi siapa saja yang ingin menambah pengetahuan tentang kebun keluarga. Dengan kata lain kebun ini dapat menjadi media pendidikan yang merupakan pengejawantahan dari misi wasis. ''Dari misi wareg, waras, wasis terpenuhi Insya Allah akan tercapai wilujeng,'' katanya.

Kepala Kantor Ketahanan Pangan Blora, Gundala Wijasena mengharapkan agar kebun PKK kabupaten itu dapat dijadikan kebun percontohan yang selanjutnya dapat ditiru oleh PKK kecamatan hingga PKK desa. Menurutnya, pembuatan kebun ini perlu ditindak lanjuti sampai dengan pembuatan kebun keluarga. ''Manfaatkan lahan kosong di pekarangan rumah untuk kebun keluarga, sehingga kebutuhan keluarga bisa terpenuhi dari hasil panen kebun itu,'' harapnya. (ono)

Pengusaha Biotanol Bentuk Asosiasi
BLORA - Pengusaha biotanol di Jawa Tengah membentuk asosiasi. Deklarasi Asosiasi Pengusaha Biotanol Indonesia (APBI) Jawa Tengah itu dipusatkan di Blora. Deklarasi dilakukan iti balai Desa Kedungwungu Kecamatan Todanan. Deklarasi tersebut disaksikan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Adi Purwanto, Staf Ahli Bidang Pembangunan Setyo Edi, Kasi Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Sholichan dan suplayer bahan baku bioetanol dari Kudus dan lainya.Ketua APBI Jateng Suparyadi mengatakan, APBI semula adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Satria. Setelah termotivasi oleh isu nasional terkait dengan berkembangnya kebutuhan energi alternatif selain bahan bakar minyak (BBM) dia tertarik untuk mengembangkan. Apalagi, dengan adanya potensi bahan baku biotanol yang melimpah di daerah Todanan. ''Saya tergugah untuk membentuk APBI karena ke depan sangat prospektif,'' katanya.

Suparyadi menambahkan, saat ini asosiasi yang dipimpinnya telah memroduksi biotanol yang bahan baku sementara selain ketela jenis daplang dan markonah, juga dari tetes tebu yang disuplai dari Kudus. Saat ini, kata dia, pihaknya sudah bisa memroduksi biotanaol antara 300 - 500 liter per hari dengan harga per liter Rp 4.000. ''Kami yakin kedepan kami bisa produksi lebih banyak,'' tambahnya.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Blora Adi Purwanto dalam sambutannya mengatakan, selaku pribadi dan pemerintah sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh Suparyadi dan kawan-kawan. Adanya APBI tersebut, kata dia, bisa menjadi membuat Blora semakin populer dengan biotanolnya. Selain itu, lanjutnya, hal itu juga berarti APBI di Todanan ikut berperan aktif dalam membantu melestarikan produksi energi alternatif. Adi Purwanto juga mengatakan, APBI juga berarti tanggap dan mampu menjabarkan instruksi presiden terkait dengan penggunaan energi alternatif. ''Jika dapat terus berkembang, tahun depan bisa kami usulkan di APBD Blora,'' tandasnya.

Sementara itu, Setyo Edi mengatakan, apapun yang berpihak kepada rakyat pihaknya selalu siap untuk mendukung. Lebih-lebih dengan APBI ini yang menurutnya jelas manfaatnya. Usai deklarasi, dilanjutkan dengan mengunjungi pabrik pembuatan biotanol tersebut.(ono)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar