Senin, 19 Oktober 2009

Pesisir Timur - RADIKALISME


Monday, 19 October 2009

 

Pemahaman agama sempit picu radikalisme

 

BLORA - Ada yang mengaku beriman tetapi tidak peka terhadap kehidupan lingkungan. Dari kondisi tersebut kehidupan orang beriman belumlah bisa dikatakan sempurna. Ini salah satu inti isi sarasehan lintas agama di gedung serba guna Nahdlatul Ulama (NU) Blora, kemarin, dalam rangka ulang tahun ke- 40 gereja Katholik Santo Pius Blora.

 

Hadir dua nara sumber, Romo Heru Prakosa, dosen Fakultas Filsafat dan Theologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan Soffa Ihsan, salah satu penulis buku kelahiran kota sate.

 

Tidak hanya umat katholik, peserta yang hadir terdiri sejumlah tokoh muda dan tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan, organisasi mahasiswa dan lainnya.

 

Menurut Soffa Ihsan, penulis kelahiran Blora, dalam catatan sejarah agama-agama terlahir sebagai gerakan kritik terhadap berbagai bentuk kekerasan dan penindasan atas hak-hak asasi manusia yang terjadi di masyarakat.

 

”Contohnya Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad, bukan saja sebagai peletak agama besar dunia, namun juga pejuang hak-hak asasi manusia dan pengayom masyarakat,” katanya memaparkan.

 

Agama itu untuk manusia, bukan sebaliknya, sehingga agamanya mestinya mengikat manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan hanya menyembah ritual, namun mempunyai dimensi sosial yang tinggi.

 

Radikal

Maka, katanya, fungsi agama bisa benar-benar menjadi pengayom dan pelindung di dunia, meski saat ini fungsi agama sudah mulai memudar, termasuk akibat sempitnya pemahaman agama menimbulkan gerakan radikal yang mengarah terorisme.

 

Pendapat sama diungkap Romo Heru Prakosa. Lelaki yang aktif dalam kegiatan dialog antariman ini menyebut, gereja dan umat mestinya tidak hanya bergerak di seputar altar, yakni hanya melulu ritual seperti doa, koor, ibadat dan lainnya.

 

Jadi harus mulai bergerak di wilayah latar pada dimensi yang lebih luas lagi dengan menyentuh kehidupan sosial yang nyata seperti ranah politik dan kemasyarakatan. Juga harus menyentuh wilayah pasar, mulai ekonomi, sosial dan lainnya.

 

”Iman itu bukan hanya ritual, tapi bagaimana perwujudan kehidupan sosial secara langsung,” katanya.

 

Dikatakan, harus ada aksi, sebab kalau hanya dalam angan-angan, kemasyarakatan yang nyata selamanya tidak bisa tercapai. K.9-bg

 

 

Monday, 19 October 2009

 

1.000 pelajar ikuti pelatihan Kepanduan

 

BLORA - Sedikitnya 1.000 pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di bawah organisasi Muhammadiah se-Kabupaten Blora, kemarin, mengikuti pelatihan Kepanduan Hizbul Wathan (HW).

 

Acara yang digeber sehari penuh di GOR Mustika Blora, dibuka Bpati Blora RM Yudhi Sancoyo, dihadiri Ketua DPRD H Kusnanto. Pelajar yang masuk dalam program itu (Kepanduan) dilatih kedisiplinan, baris berbaris dan materi dasar lainnya oleh sejumlah instruktur.

 

Ketua HW Blora, Setyo Edi menjelaskan, kegiatan Kepanduan tersebut diberikan untuk pemahaman mengenai perjuangan tokoh bangsa terdahulu. Salah satunya Panglima Besar Jenderal Sudirman juga perintis HW.

 

Selain untuk memberikan latihan disiplin baik di sekolah maupun dikehidupan seharihari, lanjutnya, juga untuk meneruskan cita-cita pendahulu.  Kegiatan itu diikuti seksama oleh pelajar/peserta.

 

Sementara itu Bupati Yudhi Sancoyo, mengatakan, kalau kegiatan itu adalah kegiatan yang cukup bagus untuk membangun mental generasi muda di Blora. Selain itu dia minta kegiatan bisa dimanfaatkan untuk menimba ilmu sebanyakbanyak.

 

Selain membuka acara, Bupati Blora juga memberikan sejumlah bantuan. Setyo Edy menambahkan, dengan pelatihan sehari penuh itu bisa membuat para siswa benar-benar menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggungjawab.

 

Dalam praktik di lapangan, mereka dilatih baris berbaris, latihan kedisiplinan, kerjasama tim maupun materi kepanduan lainnya. Selingan digelar lomba bakiak raksasa. ”Tujuan membentuk kerja sama tim, ini sangat diperlukan untuk mewujudkan cita-cita bersama,” kata Setyo Edi. K.9-bg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar