Rabu, 17 Februari 2010

Radar Bojonegoro

.Rabu, 17 Februari 2010.
Tukang Patri yang Mencoba Jalani Hidup di Blora
Hanya Sekali Bisa Bawa Pulang Sehari Rp 90 Ribu

Banyaknya alat-alat dapur yang dijual murah, membuat warga lebih senang membeli barang baru daripada memperbaikinya. Kondisi itu membuat tukang patri semakin tersisih di Blora.

SRI WIYONO, Blora


---

Sambil mengendarai sepeda, lelaki itu menyusuri lorong-lorong perumahan. Gang-gang kecil di kampung-kampung, hampir setiap hari dilewatinya. Di boncengan sepeda yang dikendarainya, ''menempel'' kotak kayu kecil berisi berbagai alat. Di kotak itu, terdapat gulungan lembaran aluminium, seng, gunting, paku, dan tatakan dari besi.

Wajah Kasmuri, 45, nama lelaki itu, bakal sumringah ketika ada yang memanggilnya. Dia akan mendatangi rumah orang yang memanggil namanya tersebut. Kemarin (16/2), bapak empat anak itu dengan cekatan mengganti bagian bawah dandang dan perabotan dapur milik seorang warga di Jalan Dr Sutomo Blora. ''Mengganti tiga panci Mas,'' kata dia sambil tangannya menggunting lembaran aluminium sesuai dengan ukuran ''pantat'' panci yang akan diganti.

Pekerjaan sebagai tukang patri sudah dilakoni Kasmuri sejak lama. Keahlian memperbaiki sebagian alat-alat dapur itu dikuasai warga Desa Dumpil, Kecamatan Blora ini setelah dirinya belajar kepada seorang tukang patri asal Bojonegoro.

Tak terlalu banyak penghasilan Kasmuri dari pekerjaan tersebut. Selama bekerja sebagai tukang patri, Kasmuri hanya sekali bisa membawa pulang uang Rp 90 ribu. Selebihnya, kurang dari nominal tersebut. Bahkan, terkadang dia pulang tidak membawa hasil sama sekali meski sudah keliling dari kampung ke kampung seharian. ''Kalau tidak ada yang membutuhkan, dari mana dapat uang,'' tuturnya.

Namun, suami Asiyah, 40, itu mengaku tak patah arang. Dia yakin selama dia mau berusaha, selalu ada jalan. Semangat itu terus dipelihara karena dia masih harus menyekolahkan dua anaknya. ''Yang terkecil masih duduk di kelas 5 SD,'' tuturnya.

Saat ditemui wartawan koran ini, Kasmuri mengaku sejak pagi sudah berkeliling. ''Alhamdulillah tiga panci ini setidaknya dapat Rp 30 ribu,'' imbuhnya.

Untuk bekerja, dia bermodal lembaran aluminium dan crom. Kasmuri membeli dua meter persegi lembaran aluminium dengan harga Rp 91 ribu. Sementara crom dibeli Rp 27 ribu per kilogram (kg).

Ongkos jasanya disesuaikan dengan lebar bahan yang akan dipatri. Kalau hanya bolong sedikit, Kasmuri hanya menarik Rp 2 ribu.

Dia menuturkan, dulu pekerjaan sebagai tukang patri bisa diharapkan hasilnya. Namun, sekarang kondisinya tak menjanjikan. Alat-alat dapur banyak yang dijual dengan harga murah. Dengan harga yang relatif terjangkau, warga lebih senang membeli barang baru daripada menambal barangnya yang rusak.

Kalau pun menambal barang, mereka tidak lagi mengandalkan tukang patri. Sebab, warga bisa menambal perabotan dapur dengan lem. ''Kalau dipatri bisa tahan lama. Namun, sudah banyak yang memilih pakai lem,'' katanya. (*)

-------

.Rabu, 17 Februari 2010.
187 Honorer Diberi SK CPNS
BLORA - Pemkab Blora kemarin (16/2) mengakhiri program pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS yang dilakukan bertahap setiap tahun sejak 2005. Ada 188 pegawai honorer pemkab yang rencananya diangkat menjadi CPNS di program penutup tersebut.

Pengangkatan itu ditandai dengan penyerahan surat keputusan Bupati Yudhi Sancoyo di pendapa rumah dinas bupati. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Blora Noveri mengatakan, jumlah pegawai honorer yang berhak diusulkan diangkat menjadi CPNS formasi 2009 ada 192 orang.

Dari jumlah tersebut, 188 pegawai telah mengikuti pemberkasan. Sedangkan empat orang lainnya tidak mengikuti pemberkasan dengan berbagai alasan. ''Dari 188 orang yang mengikuti pemberkasan, sebanyak 187 pegawai telah selesai pemberkasannya dan menerima SK pengangkatan menjadi CPNS. Sedangkan satu orang lainnya pemberkasannya masih dalam proses,'' ujarnya. (ono)

-------

.Rabu, 17 Februari 2010.
Kejari Usut Puskesmas Jepon
BLORA - Bukan hanya DPRD yang mempersoalkan ambruknya bangunan bagian depan puskesmas Jepon. Kejaksaan Negeri (Kejari) Blora saat ini sedang mengusut ambruknya proyek yang baru selesai dikerjakan 3 Desember tahun lalu itu. ''Kami sudah memeriksa pejabat terkait dan rekanan pelaksana proyek itu,'' ujar Fitroh Rohcahyanto Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Blora kepada Radar Bojonegoro kemarin (16/2).

Dia mengatakan, pejabat yang diperiksa adalah pejabat yang menangani proyek itu. Rekanan yang diperiksa adalah yang mengerjakan proyek senilai Rp 689 juta tersebut. Bukan hanya itu, kejari juga akan memanggil konsultan pengawasan konsultan perencana proyek itu. Selain itu, sejumlah pihak yang dinilai terkait juga akan diperiksa . ''Pekan depan akan kami mulai periksa. Semua yang bertanggungjawab,'' tambahnya.

Saat ini, Kejari sedang mendalami dan mempelajari dokumen proyek berupa perencanaan serta dokumen lain yang terkait. Dokumen itu dicocokkan dengan kondisi di lapangan. Jika proyek itu ambruk, tanpa ada sebab yangb jelas, patut diduga ada kesalahan. ''Apakah karena kualitasnya yang buruk atau ada sebab lain,itulah yang akan kita cari,'' terangnya.

Mantan Kasi Datun Kejari Banyumas ini menambahkan, selama ini masa pemeliharaan menjadi perlindungan. Padahal, yang bidik Kejari bukan apakah proyek itu sudah diserahkan atau belum. Masa pemeliharaan atau tidak kejari tidak mau tahu. Karena yang dicari adalah kualitas proyek. ''Apa dikira kalau sudah diperbaiki dalam masa pemelihraan itu sudah selesai. Kalau kualitas proyeknya jelek ya tetap jelek meski diperbaiki. Kuncinya disitu,'' tegasnya.

Bagaimana hasil pemeriksaan sementara? Fitroh belum mau membuka. Dia mengatakan, masih akan menunggu keterangan dari konsultan pengawas dan perencananya. Menurut dia, konsultan pengawas mestinya tahu proses pembangunannya. Sehingga, jika ada kesalahan atau ketidaksesuaian bahan misalnya, bisa tahu. Sedangkan perencana mestinya merencanakan pembangunan dengan baik, sehingga hasilnya bagus dan tahan lama. ''Coba kita dengar seperti apa keterangan mereka,'' tandasnya.

Bangunan puskesmas Jepon dikerjakan CV Prasojo. Bangunan itu dibangun dalam dua tahap yakni sejak 2008 dan 2009. (ono)

-------



Tidak ada komentar:

Posting Komentar