Jumat, 13 November 2009

Pesisir Timur ; Kompas

KORAN SORE
W A W A S A N

Friday, 13 November 2009

Sistem penjualan pupuk resahkan petani

BLORA - Memasuki musim tanam pertama (MT I), petani di Kabupaten Blora mulai diresahkan dengan tata cara memperoleh pupuk. Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, mereka harus membelinya secara paket, yaitu sekaligus harus membeli pupuk KCL.

Pupuk paket tersebut dijual oleh pengecer di tingkat desa, dengan harga Rp 72 ribu yang terdiri dari pupuk urea bersubsidi 50 kg dan KCL 1 kg. Padahal sesuai harga eceran tertinggi (HET) pupuk urea bersubsidi harus dijual Rp 60 ribu tanpa adanya paket lainnya.

Meski sebenarnya yang dibutuhkan petani hanya pupuk urea bersubsidi, namun karena pihak pengecer menyediakannya secara paket, yaitu harus sekaligus membeli KCL, maka petani terpaksa membelinya. Pupuk urea tetap mereka pakai, sedangkan KCL, karena sebenarnya petani tidak berniat membelinya, akhirnya hanya disimpan saja untuk persediaan.

Dari hasil pentauan Wa- wasan, penjualan secara paket dapat dijumpai di beberapa desa di Kecamatan Jepon. Bahkan di Kecamatan Ngawen ada salah satu desa yang dijual di atas Rp 72 ribu.

Meski merupakan penyelewengan, karena jauh di atas HET, bahkan dijual secara paket dengan pupuk lain, namun itu bukan pertama kalinya terjadi di Blora. Tahuntahun lalu, saat memasuki musim tanam, petani juga selalu menjumpai penjualan pupuk urea di atas HET.

Sidak FPKM
Bahkan saat Fraksi Peduli Kesejahteraan Masyarakat (FPKM) DPRD Blora melakukan sidak (inspeksi mendadak) di beberapa desa belum lama ini, juga ditemukan penyelewengan penjualan pupuk di atas di HET. Atas temuan itu salah seorang anggota FPKM asal Partai Keadalian Sejahtera (PKS), Seno Margo Utomo pergi ke Departemen Pertanian, meminta agar kasus pupuk yang ada di Blora segera ditindaklanjuti dengan menerjunkan tim.

"Kemungkinan tim dari Deptan (Departemen Pertanian- red) akan turun langsung ke Blora untuk mengecek persoalan pupuk," kata Seno, kemarin.

Terkait hal itu, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Sekda) Blora, Gunadi mengatakan akan segera melakukan koordinasi terkait adanya penjualan pupuk secara paketan dan diatas HET.

"Laporan lisan memang kami terima tentang adanya penjualan pupuk di atas HET dan paketan, untuk itu kami akan segera melakukan koordinasi secepatnya, sehingga persoalan bisa segera diselesaikan, " ungkap Gunadi. K.9-Tj

-------

Ratusan Rumah di Blora Rusak akibat Puting Beliung

Kamis, 12 November 2009 | 02:47 WIB

BLORA, KOMPAS - Angin puting beliung yang disertai hujan deras, Selasa (10/11), menerpa permukiman di Desa Kutukan, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Akibatnya, ratusan rumah rusak di bagian atap, delapan rumah lainnya roboh, dan tiga warga luka-luka.

Dua hari sebelumnya, angin puting beliung yang juga disertai hujan deras melanda Desa Sambongwangan, Bekutuk, dan Gembyungan, serta Kecamatan Randublatung. Saat itu sembilan rumah roboh dan ribuan lainnya rusak di bagian atap.

Camat Randublatung Sri Handoko kemarin mengatakan, pada hari Selasa itu angin puting beliung merobohkan tujuh rumah warga di Dusun Turi dan dan satu rumah di Dusun Peting.

”Pasangan suami-istri, Suparmin-Sawi (45), serta cucu mereka, Ida (2,5), mengalami luka- luka sehingga harus dilarikan di Rumah Sakit Cepu. Suparmin luka ringan di bagian lengan, Sawi luka berat di bagian dada dalam, sedangkan Ida mengalami lecet di tangan dan kaki. Suparmin dan Sawi dirawat di rumah sakit, sedangkan Ida hanya rawat jalan,” ujar Handoko.

Menurut Kepala Kepolisian Sektor Randublatung Ajun Komisaris Sunaryo, polisi telah mengerahkan 15 personel untuk membantu warga membersihkan puing-puing rumah yang rusak. ”Kami juga sudah mendata dan meminta warga yang rumahnya rawan ambruk untuk mengungsi sampai rumah mereka selesai diperbaiki,” katanya.

Secara terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah Supriyono mengatakan, Jawa Tengah bagian timur saat ini memasuki peralihan musim (pancaroba). Tandanya, antara lain, adanya pembentukan awan- awan gelap kumulus nimbus. ”Awan tersebut berpotensi menyebabkan angin puting beliung dan hujan deras,” ujarnya.

Dalam kaitan itu, BMKG mengimbau masyarakat agar waspada dan berjaga-jaga jika di daerah mereka terlihat gumpalan awan-awan gelap. ”Daerah-daerah yang berpotensi dilanda angin puting beliung yang disertai hujan deras adalah Blora, Rembang, dan Pati,” kata Supriyono.

Antisipasi

Di Denpasar, Bali, kemarin diselenggarakan seminar bertema ”Menyelamatkan Diri dari Tsunami”. Dalam kegiatan yang digagas Coastal Development Institute of Technology Jepang serta Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) tersebut mengemuka upaya pemerintah daerah mengantisipasi terjadinya bencana alam masih tergolong minim. Sebagian besar belum menyediakan infrastruktur, mitigasi dan evakuasi, serta sistem informasi kebencanaan tsunami yang memadai.

”Simulasi tsunami memang telah melibatkan banyak warga. Tetapi, kegiatan itu tidak diikuti hal-hal lain yang juga pokok, seperti penyediaan jalur evakuasi yang jelas, pemasangan peta evakuasi, serta sistem informasi kebencanaan tsunami yang lengkap dan dapat diakses sewaktu-waktu,” kata Mulyanto Darmawan, peneliti madya Bakosurtanal. (BEN/HEN)

-------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar