Rabu, 23 September 2009

Radar Bojonegoro - 4 KANDIDAT BACABUP BLORA



[ Rabu, 23 September 2009 ]


Empat Nama Ramaikan Bursa Bacabup


BLORA
- Pelaksanaan Pilkada Blora dilaksanakan sekitar Juni 2010. Meski waktunya masih lama, bursa bakal calon bupati (bacabup) kini mulai dimunculkan. Informasi yang diperoleh wartawan koran ini dari berbagai sumber menyebutkan, setidaknya ada empat nama yang sekarang siap bersaing menjadi orang nomor satu di Pemkab Blora.

Bupati Blora Yudhi Sancoyo bakal maju melalui pintu Golkar. Kebetulan, dia menjadi ketua DPD Golkar Blora. Pada pilkada 2005, Yudhi hanya menjadi cawabup pasangan Basuki Widodo (meninggal dunia). Setelah lama memegang jabatan bupati, dia diperkirakan sudah menyusun kekuatan.

Sekretaris DPD PG Blora Maulana Kusnanto mengakui bahwa partainya memang telah bulat untuk mengusung Yudhi sebagai bacabup PG pada pilkada 2010. Meski demikian, pihaknya belum memikirkan siapa bacawabup yang bakal mendampingi Yudhi nanti. ''Kita tunggu saja bagaimana perkembangan peta politik yang ada,'' pintanya.

Nama lain yang diprediksi bakal ikut meramaikan persaingan pada pilkada nanti Ketua PC NU Blora Abu Nafi. Selain menjadi ketua ormas dengan basis massa yang cukup besar, Abu juga memiliki catatan panjang dalam dunia birokrasi. Selain sebagai kepala dishub saat ini, pria yang memiliki usaha jual-beli mobil dan hotel di Blora ini juga pernah menjabat sebagai kepala bawasda (sekarang kantor inspektorat, Red).

Namun, Abu Nafi enggan berkomentar seputar penyebutan namanya sebagai bacabup. ''Selama ini saya enggan berkomentar. Dan tolong saya jangan diseret-seret (ke pilkada, Red),'' ujar dia lantas tersenyum.

Mantan Ketua DPRD Blora Warsit juga diperkirakan siap maju ke pilkada. Meski sebelum lengser dari gedung wakil rakyat dia menyatakan bakal menekuni dunia lembaga swadaya masyarakat (LSM), Warsit bisa saja meloncat menjadi bacabup. Apalagi, dia masih memiliki massa fanatik dari PDIP. Hingga berita ini ditulis, Warsit belum berhasil dikonfirmasi.

Nama terakhir yang diprediksi bakal meramaikan bursa bacabup Blora adalah Sunarto. Nama ini memang belum cukup familier di sebagian telinga warga Blora. Sebab, pria yang lahir di Kecamatan Randublatung itu lebih banyak menghabiskan karirnya di luar Blora. Saat ini, Sunarto menjabat sebagai kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Gunungkidul.

Informasi yang diperoleh Radar Bojonegoro menyebutkan, sejak awal tahun lalu Sunarto mulai merapat ke Blora. Dia kerpa pulang untuk melakukan pendekatan ke sejumlah tokoh maupun ketua partai politik (parpol) di Blora. ''Saat bertemu terakhir, dia memang bilang akan maju sebagai cabup Blora,'' ujar ketua salah satu parpol yang keberatan namanya dikorankan.

Sementara itu, Ketua KPUK Blora Moesafa mengatakan, sesuai UU 32/2004 tentang pemerintah daerah, tahapan pilkada dimulai selambat-lambatnya enam bulan sebelum pemungutan suara. ''Sesuai UU tersebut, pemungutan suara paling lambat dilaksanakan satu bulan sebelum akhir masa jabatan kepala daerah,'' ujar dia.

Menurut Safa, akhir masa jabatan bupati Blora 11 Agustus 2010. Dia menuturkan, pihaknya juga harus mengantisipasi kemungkinan adanya dua putaran pada pilkada nanti. Padahal, UU tersebut tidak menyebutkan apakah jedah pemungutan suara paling lambat satu bulan sebelum akhir masa jabatan itu untuk putaran pertama atau kedua.

''Jika kami menafsiri UU pemda tersebut, maka yang dimaksud pemungutan suara paling lambat satu bulan sebelum akhir masa jabatan itu adalah untuk pemungutan suara putaran kedua,'' tutur mahasiswa Pascasarjana Undip Semarang ini.

Menurut Safa, jika jeda pemungutan suara putaran kedua dengan akhir masa jabatan kepala daerah adalah satu bulan, maka pihaknya juga berasumsi bahwa jeda antara putaran pertama dan kedua juga satu bulan. Yakni Juni 2010. Namun, dia belum dapat memastikan tanggal berapa pemungutan suara itu bakal digelar.

Sebelum ada pengesahan tahapan pilkada, lanjut dia, pihaknya tidak dapat menyebut tanggal. Alasannya, bisa jadi draf tahapan yang disusun berubah saat pengesahan nanti. Yang jelas, lanjut Safa, sesuai draf sementara, pemungutan suara untuk putaran pertama akan dilaksanakan awal Juni. Kapan pengesahan draf tahapan pilkada itu? ''Dalam UU 32/2004 hanya mengatur enam bulan sebelum pilkada,'' jawab dia. (dim)



[ Rabu, 23 September 2009 ]

Melihat Open House Bupati Lamongan-

Blora di Masa Terakhir Jabatannya

Warga Rela Antre Agar Bisa Bersalaman

----- *SRI WIYONO, Blora-----


Jika tahun depan tidak mencalonkan atau tidak terpilih lagi menjadi bupati Blora, maka lebaran kali ini menjadi lebaran terakhir bagi Yudhi Sancoyo dengan status bupati.


Ratusan orang berbaris mengular untuk bisa bersalaman dengan Yudhi Sancoyo dan keluarganya. Mereka tidak hanya dari kalangan pejabat yang sowan kepada bupatinya. Juga, rakyat biasa.


Mereka tidak hanya berasal dari kampung di sekitar pendapa rumah dinas bupati. Namun, banyak di antaranya yang datang dari luar Kecamatan Kota Blora. Mereka rela datang dan antre untuk bersalaman dengan keluarga bupati.


Bagi Yudhi, open house di rumah dinas bupati merupakan kali ketiganya. Sebelum itu, dia masih wakil bupati dan menggelar open house di rumah pribadinya, Jalan Tentara Pelajar Blora. Namun, antara rumah pribadi dan rumah dinas bupati hanya terpisah dengan tembok.


Sejak Yudhi menjadi bupati, tembok yang memisahkan rumah pribadinya dengan pendapa itu diberi pintu penghubung. Menurut Yudhi, tradisi open house yang dulu dikenal sebagai pisowanan di keluarganya itu diawali pada masa RM Sudjud Kusumoningrat atau lebih populer Ndoro Sumo.


Dia kerabat bangsawan di Blora. Salah satu putra Ndoro Sumo bernama RM Tedjonoto Kusumoningrat. Salah satu keturunan Tedjonoto adalah RA Manik Habsari yang menjadi istri Yudhi.


''Tradisi pisowanan itu tetap bertahan sampai sekarang karena canggah, cucu, dan keturunan masih menjaga kekerabatan yang sangat luar biasa,'' katanya.


Hanya, pisowanan zaman dulu dengan sekarang jauh berbeda. Dulu, tidak sembarang orang bisa masuk ke pendapa. Kalau pun bisa masuk, harus melaksanakan tata krama yang teramat ketat.


Seperti berjalan dengan duduk dari gapura sampai ke balai pendapa.'Selama berbincang, kita selalu menunduk, tidak berani menatap langsung Ndoro Sumo saat itu,'' kenang Bambang Terangono, salah seorang warga Blora yang mengaku sering ikut pisowanan zaman dulu.


Kalau sekarang, semua bisa menatap wajah bupati, bahkan bisa salaman dan duduk sejajar dengan bupati dan keluarganya.


''Kalau dulu, kita duduk di lantai dengan bersila,'' tambahnya. Selain menggelar open house, Yudhi juga akan berusaha mendatangi semua undangan halalbihalal yang digelar warga. Baginya tidak ada kebahagiaan kecuali bisa melayani dan memberikan sesuatu yang diminta dan menjadi harapan masyarakat.


''Sejak dulu rakyat adalah mitra pemerintah. Saya yang dipercaya memimpin akan berusaha memenuhi harapan rakyat,'' katanya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar