Senin, 28 September 2009

Radar Bojonegoro - MAKANAN KHAS BLORA DISERBU PEMBELI

Senin, 28 September 2009
Makanan Khas Blora Diserbu Pembeli
BLORA - Sejak hari kedua Lebaran hingga kemarin (27/9), sejumlah pedagang makanan di Blora laris. Mereka rata-rata menyediakan menu khas Blora, seperti sate ayam, kambing dan sapi. Juga tahu lontong dan soto. Salah satu tempat berjualan makanan yang laris manis adalah kompleks Koplakan. Tempat ini meruakan pusat makanan yang menyajikan menu masakan khas Blora. Pusat jajanan dan makanan khas Blora ini usai Lebaran selalu dijubeli pembeli yang berasal dari luar kota Blora. Hal itu terlihat dari beberapa plat mobil yang parkir didominasi oleh plat B, D, E hingga nopol dari luar jawa. "Paling rame hari kedua Lebaran, mulai pagi sampai malam hari pembeli tidak pernah putus, baik yang mau makan lontong, soto, ataupun sate,'' ujar Sri Lestari yang sudah puluhan tahun jualan lontong di Koplakan, kemarin.

Lokasi Koplaan memang strategis, karena berada di pusat kota Blora. Yang berdekatan dengan pasar dan Alun-Alun. Sehingga memudahkan bagi para pemudik atau pembeli yang berasal dari luar kota. Menurut Sri, yang penjual lontong tahu itu, selama Lebaran semua kios yang ada, selalu ramai dikunjungi oleh warga pendatang dari luar kota. Bahkan sebelum Lebaran pembeli sudah banyak. Karena itu, para penjual menaikkan harga jualnya.

Hasilnya, omzet para pedagang pun bertambah. Jika pada hari biasa, warung Sri Lestari menghabiskan 20-50 lontong. Namun, beberapa hari usai Lebaran, dia bisa menghabiskan 200 lontong dan tahu sekitar dua ember. ''Harganya juga khusus. Semua penjual sepakat menaikkan harga antara Rp 1.000 sampai Rp 2.000 selama Lebaran. Setelah itu harga kembali normal seperti biasa,'' katanya..

Harga makanan pun naik, sate ayam misalnya dari Rp 9 ribu menjadi Rp 11 ribu, sate kambing Rp 16 ribu menjadi Rp 18 ribu, Sate sapi dari Rp 13 ribu menjadi Rp 15 ribu dan soto klethuk dari Rp 6 ribu menjadi Rp 7 ribu.

Keunikan lainnya bila makan di situ, pembeli bisa bebas memesan masakan apa saja tanpa harus duduk di kios tersebut. Seperti beberapa pembeli yang kebanyakan satu keluarga, meski mereka duduk di kios soto namun menunya ada sate ayam, sate kambing atau tahu lontong. "Setiap lebaran saat pulang kampung saya selalu mampir disini, soalnya banyak menunya terutama sate ayam, lontong dan soto, jadi tidak usah binggung, terlebih lokasinya mudah dijangkau dekat dengan alon-alon," ungkap Suyanto,50 warga asli Blora yang kini bekerja di Jakarta yang datang dengan keluarganya. (ono)

-------------

Senin, 28 September 2009

Anggaran Pilkada Bengkak
Dari Rp 12 M Menjadi Rp 19 M

BLORA - Anggaran pelaksanaan pilkada Blora 2010 diperkirakan bengkak. Semula anggaran pilkada dialokasikan sejumlah Rp 12 miliar. Namun, diperkirakan bakal meningkat menjadi Rp 19 miliar. Peningkatan anggaran tersebut untuk mengantisipasi pilkada putaran kedua.

Ketua KPUK Blora Moesafa mengakui semula lembaga penyelenggara pilkada itu hanya menganggarkan Rp 12 miliar. Namun, rencana itu kemudian direvisi lantaran adanya penyesuaian-penyesuaian. Hal itu terkait masih berlakunya UU 32/2004 tentang pemda sebagai dasar penyelenggaraan pilkada langsung. ''Sesuai hasil revisi, untuk menyelenggarakan pilkada hingga dua putaran, kami harus menyiapkan anggaran lebih dari Rp 19 miliar,'' ujar dia kemarin.

Perubahan itu diakuinya sesuai koordinasi dengan KPUD Provinsi Jawa Tengah. KPUK Blora diminta untuk menyiapkan penyelenggaraan pilkada putaran II.

Penambahan anggaran yang paling mencolok, lanjut Safa, yakni terkait dana verifikasi kelengkapan persyaratan calon perseorangan (independen). Sesuai ketentuan calon perseorangan harus menyertakan dukungan yang dibuktikan dengan tanda tangan dan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP). Sebab, KPUK harus melakukan verifikasi atas persyaratan yang dilampirkan tersebut. ''Karena jumlah dukungan yang disyaratkan itu jumlahnya mencapai ratusn ribu, maka tenaga dan waktu yang kami butuhkan juga lebih banyak. Sehingga, alokasi anggaran yang dibutuhkan juga lebih besar,'' jelas Ketua PC GP Ansor Blora ini.

Pos penambahan lainnya, kata dia, terletak pada pengalokasian alat coblos. Meski pada pileg dan pilpres lalu pemilih telah menggunakan cara centang. Namun, sesuai UU 32/2004, pemungutan suara pada pilkada dilaksanakan dengan cara mencoblos. Sehingga, selama belum ada revisi atas UU tersebut, menurut Safa pihaknya tetap menyiapkan pemungutan suara dengan cara mencoblos. (dim)

-----------

Senin, 28 September 2009

Seret Ketua BPD sebagai Saksi

BLORA - Kepala Desa Sambongrejo Kecamatan Ngawen Sunarman harus lebih lama menjalani persidangan. Selain jumlah saksi yang cukup banyak, tak sedikit kesaksian mantan orang dekatnya yang menyudutkannya. Kali ini, ia harus menghadapi kesaksian koleganya yang menjabat sebagai ketua BPD desa setempat dalam persidangan besok.

JPU Yeni Astuti menyatakan, pada persidangan besok pihaknya telah memanggil 13 saksi. Satu diantaranya adalah ketua BPD setempat. Sebelumnya, Yeni juga telah menghadirkan beberapa perangkat desa setempat, antara lain kaur pembangunan dan kaur kesra. ''Kesaksian para perangkat desa ini diperlukan lantaran mereka diduga mengetahui adanya penggelapan raskin itu,'' ujar dia kemarin.

Kendati telah memanggil belasan saksi, Yeni belum dapat memastikan apakah besok seluruh saksi dapat menjalani pemeriksaan. Hal ini disebabkan terbatasnya ruang sidang yang ada di gedung PN setempat. Diman, pasca pelaksanaan renovasi gedung, hanya ada satu ruang siding yang siap digunakan.

Dalam surat dakwaan, Sunarman dengan sengaja melakukan penggelapan raskin jatah warga setempat. Yakni, mulai Maret-November 2008 dan Januari-Maret 2009. Modusnya, terdakwa tidak memberikan jatah raskin secara penuh kepada rumah tangga sasaran (RTS) di desa setempat.

Sebelumnya setiap RTS menerima raskin 10 kg per bulan. Mulai Maret 2008 jatah bertambah 5 kg menjadi 15 kg per RTS. Namun, tambahan itu tidak dibagikan terdakwa kepada RTS di desanya. Melainkan ia simpan di gudang milik Sarisih, warga Desa Sarimulyo Kecamatan Ngawen yang juga ditetapkan sebagai tersangka kasus ini. Lantaran di desa setempat terdapat 255 RTS yang berhak menerima raskin, maka total raskin yang tidak dibagikan dan tersimpan di gudang selama 12 bulan itu mencapai 15,3 ton. (dim)

-----------

Senin, 28 September 2009
Bahan Adminduk Melimpah
BLORA - Bahan untuk pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) atau administrasi kependudukan (adminduk) lainnya, seperti akta dan KK melimpah. Karena itu, untuk beberapa waktu ke depan, warga akan terlayani dengan baik. Termasuk para pemegang KK sementara juga segera akan diganti dengan KK asli.

Pelayanan adminduk juga dilakukan lebih dini. Jika pada 23 September lalu, instansi lain masih tutup, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (disdukcapil) mendahului buka. Pelayanan dini itu dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat yang akan mengurus adminduk. '"Meski tidak penuh seharian, namun sejak hari itu, kami sudah buka,'' kata Kepala Disdukcapil Blora Slamet Pamuji, kemarin (27/9).

Menurut Mumuk, untuk KTP, akta dan KK dinas dia pimpin sudah menyediakan banyak persediaan. Untuk KK misalnya, yang sebelumnya blangkonya sudah habis, saat ini sudah datang dan siap melayani, karena sudah disediakan 155 ribu set blangko KK. Sedangkan untuk KTP sudah disediakan 241 ribu keping untuk KTP warga negara Indonesia (WNI) dan 800 keping untuk warga negara asing (WNA). ''Namun, keping WNA ini jarang terpakai. Namun, kai tetap menyediakan,'' tambahnya.

Bahkan untuk akta kelahiran, disdukcapil sudah menyediakan 80 ribu lembar. Selain itu juga ada masing-masing 500 lembar akta perkawinan dan perceraian. Juga akta pengangkatan anak dan akta kematian masing-masing 250 lembar. Sampai saat ini, rata-rata per hari permintaan KTP mencapai 30-40 orang, sedangkan KK sebanyak 23 per hari itu. Hal itu berdasarkan laporan yang masuk dari kecamatan. ''Karena catatan sipil kan melayani akta lahir,mati, cerai atau kawin non Islam, NIK baru, KK dan lainnya,'' tandasnya. (ono)

-----------

Senin, 28 September 2009
Butuh 68 Ribu Sumur
BLORA - Sedkitnya dibutuhkan 68.582 sumur gali untuk memenuhi kebutuhan air bagi lahan pertanian di Blora yang tadah hujan. Jumlah itu, dengan asumsi setiap satu hektar lahan pertanian di jatah dua sumur. Saat ini, Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) sedang menunggu jawaban dan pemerintah pusat atas usulan itu. ''Usulan sudah kita sampaikan beberapa waktu lalu, tinggal menunggu jawaban,'' kata Kepala Distamben Adi Purwanto.

Sumur gali itu, kata dia, tidak terlalu dalam, hanya sekitar tujuh meteran. Selama ini, jika ingin tanamannya terus tumbuh dan hasil panennya bagus, petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk air yang digunakan untuk menyiram tanaman.''Dengan sumut gali ini, setidaknya masalah air bisa diatasi. Kami sudah laporkan ini ke bupati, dan beliau mendukung,'' terangnya.

Mantan Plt Kepala Dinas Pertanian itu mengungkapkan, kebetulan instansi yang dia pimpin saat ini juga memungkinkan menangani air. Kalau dulu, saat dia menjadi Plt Kepala Dinas Pertanian, usulan ribuan sumur lapang itu sudah dia buat. Karena itu, dia mengaku tahu kebutuhan sumur lapangan untuk wilayah pertanian di Blora. Kebetulan dia diberi amanat untuk memegang Distamben yang bisa bergerak untuk menyediakan air. ''Jadi, ini kita lanjutkan,'' tandasnya.

Yang sudah jelas, kata dia, adalah sumur untuk Kecamatan Jati sebanyak 5.672 titik. Sumur itu akan diberikan oleh pemerintah provinsi Jateng. Di pilih Kecamatan Jati lebih dulu karena daerah ini yang paling kering di banding kecamatan yang lain. ''Kalau kita mau usaha, lambat laun persoalan air bisa teratasi,'' tegasnya. (ono)

-----------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar