Senin, 04 Januari 2010

Radar Bojonegoro - PEMBUNUHAN HINGGA NIK TAK BERTUAN


[ Senin, 04 Januari 2010 ]

Pematang Sawah Diinjak Sapi, Kakek Bunuh Tetangga

Petani Desa Jetakwanger Didor saat Mencangkul

 

BLORA - Dua kasus pembunuhan terjadi di wilayah Kecamatan Ngawen Sabtu (2/1) malam lalu dan kemarin (3/1). Samidi, 70, warga Dusun Ketanggi, Desa Sendangharjo membantai tetangganya Sukiman, 65, kemarin. Korban pun tewas dengan luka bacokan di leher dan perut.

 

Hingga berita ini ditulis, Samidi yang menjadi tersangka masih diperiksa intensif di Mapolres Blora. Dugaan sementara, aksi pembunuhan itu dipicu dendam akibat rebutan pembatasan lahan (pematang sawah) antara korban dan tersangka sejak beberapa tahun lalu.

 

Informasi yang diperoleh wartawan koran ini di lokasi menyebutkan, antara tersangka dan korban sebenarnya masih ada hubungan kerabat. Hubungan itu rusak setelah keduanya bertengkar karena rebutan batas sawah beberapa tahun lalu. Bahkan, saat itu tersangka sempat melukai kuping korban dengan cangkul. Kejadian waktu itu bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

 

Kemarin, tersangka kembali meluapkan kemarahan saat melihat korban membajak sawahnya. Gara-garanya, kaki sapi yang digunakan membajak sawah itu menginjak pematang sawah milik tersangka. Karena injakan kaki itu, pematang sawah tersebut rusak. Tersangka yang mendatangi korban lalu beradu mulut.

 

Kemungkinan korban menganggap sepele kasus itu. Habis cekcok, masalah selesai. Tersangka yang memegang sabit, ternyata masih marah. Dia lalu membacok ke arah korban. Sabetan sabit itu mengenai leher korban sehingga dia jatuh tersungkur.

 

Belum puas melampiaskan dendamnya, tersangka kembali membacokkan sabitnya. Kali ini, sabetan itu mengenai perut korban. Kejadian tersebut diketahui istri dan anak korban. Mereka berteriak minta tolong. Tersangka kemudian diamankan warga sebelum dibawa ke mapolres setempat.

 

Kapolres Blora AKBP Isnaeni Ujiarto melalui Kasatreskrim AKP Priharyadi saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian pembunuhan tersebut. Saat ini, kata dia, tersangka sudah diamankan berikut barang bukti berupa sebilah sabit, cangkul, dan baju yang belepotan darah korban. ''Masih kita amankan, untuk menjalani pemeriksaan,'' katanya.

 

Pelaku Penembakan Berboncengan Motor

 

Sementara itu, Sunandar, 48, warga Dusun Geneng, Desa Jetakwanger, Sabtu (2/1) petang lalu ditembak orang tak dikenal saat mencangkul di sawah. Bapak tiga anak itu terluka tembak di bagian pelipis kiri hingga menembus tengkuk kanan. Akibat luka itu, korban tewas sebelum sempat mendapatkan perawatan medis.

 

Hingga kini, polisi masih memburu pelaku yang diduga dua orang tersebut. Informasi yang diperoleh wartawan koran ini, sebelum insiden penembakan itu, di areal persawahan tempat korban mengerjakan sawah tersebut ada dua orang laki-laki berboncengan motor. Saat berhenti di dekat korban, salah satu dari keduanya menanyakan jalan arah Randu Alas (nama sebuah dusun di kecamatan setempat).

 

Usai diberitahu arahnya, salah satu lelaki itu mengeluarkan senjata dari balik bajunya. Selanjutnya, dia menembak kepala korban hingga mengakibatkan Sunandar jatuh tergeletak. Usai menembak, dua lelaki itu tancap gas motor ke barat.

 

Peristiwa itu diketahui Suyudi Pamungkas, 11, anak korban yang berada tak jauh dari posisi bapaknya berdiri. Mengetahui bapaknya tergeletak bersimbah darah, dia berteriak minta tolong. Warga yang berdatangan segera membawa korban ke puskesmas setempat. Namun, nyawa korban tak tertolong. Mayat korban akhirnya dibawa ke RS dr R Sutiyono Blora untuk diotopsi. ''Sampai saat ini kami masih memeriksa saksi-saksi, termasuk anak dan istri korban,'' ujar Kapolres AKBP Isnaeni Ujiarto.

 

Dia belum bisa memastikan senjata jenis apa yang digunakan pelaku. Sampai saat ini, kata mantan Kapolres Grobogan tersebut, pihaknya menerjunkan tim untuk melacak dan memburu pelaku. Sejumlah kawasan di Blora yang dicurigai juga terus disisir, termasuk kawasan hutan jati di sekitar Ngawen.

 

Kejadian itu mengundang kepedulian Kepala Kepolisian Wilayah (Kapolwil) Pati Kombes Bambang Sudarisman. Malam itu dia turun ke Blora untuk melihat dari dekat kondisi luka korban.

 

Hingga kini, polisi sudah memeriksa di antaranya Sunyami, 38, istri korban dan Suyudi Pamungkas. Juga Suprapti, 51, mantan istri korban yang diperiksa di Mapolsek Banjarejo. Sugito, 54, kakak korban, mengatakan, kejadian penembakan itu berjalan cepat. Lokasi kejadian di pinggir pematang sawah berdekatan dengan jalan desa atau sekitar 1,2 kilometer barat Dusun Geneng. Korban, kata dia, sempat berbincang-bincang dengan pelaku sambil berjalan dari sawahnya ke arah jalan desa.

 

Diduga korban ditembak menggunakan senjata laras pendek. Sebab, para saksi menyatakan tidak melihat adanya senjata yang panjang ketika dua orang yang belum diketahui indentitasnya itu menembak korban. ''Kami masih memburu pelaku, sehingga motifnya apa masih tahu,'' tutur Kasatreskrim AKP Priharyadi. (ono)

 

 

 

[ Senin, 04 Januari 2010 ]

Dilapori 600 NIK Tak Bertuan

Panwaskab Minta Panwascam Meneliti

 

BLORA - Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten (Panwaskab) Blora meminta seluruh panitia pengawas pemilu kecamatan (panwascam) mencermati pencocokan dan penelitian (coklit) calon pemilih pemilu kepala daerah-wakil kepala daerah (pilkada) yang saat ini sedang dilakukan KPUK.

 

Sebab, panwaskab menerima informasi ada sekitar 600 nama yang dikhawatirkan tidak ada orangnya. Meski, mereka punya nomor induk kependudukan (NIK). "Khususnya untuk Panwascam Cepu. Kami sudah me-wanti-wanti untuk mencermati dan menelusuri laporan itu," ujar Ketua Panwaskab Blora Wahono kemarin (3/1).

 

Dia mengungkapkan, saat ini panwaskab sudah memegang soft copy data penduduk potensial pemilih yang sudah diberikan KPUK. Dengan data itu pihaknya bisa memantau calon pemilih yang sudah didata KPUK. Sebab, dari informasi yang didapat, sekitar 600 nama itu sebenarnya bukan warga Blora. Mereka hanya nunut NIK di Blora karena keperluan berangkat haji.

 

Wahono memprediksi, NIK-NIK untuk warga itu kebanyakan berasal dari Kecamatan Cepu dan sekitarnya seperti Kecamatan Sambong atau Kedungtuban. "Karena itu, begitu mereka selesai menunaikan haji ya sudah, selesai. Mereka kembali ke daerahnya," terangnya.

 

Dia memperkirakan, warga yang hanya nunut NIK itu berasal dari daerah di Provinsi Jawa Timur. Karena itu, jika hal itu tidak diawasi akan bisa menimbulkan kerawanan di kemudian hari. Sebab, secara fisik ada NIK-nya, tetapi orangnya tidak ada. Dan itu, kata Wahono, sangat rawan kecurangan, misalnya diisi dengan orang lain, untuk kepentingan mendulang suara. "Kami mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan, agar pilkada ini berjalan jujur dan adil," paparnya.

 

Wahono menambahkan, dugaan itu mencuat karena banyaknya warga luar Blora yang

 

beberapa waktu lalu menjalankan ibadah haji berangkat dari Kota Sate. Dengan sistem administrasi ketat seperti saat ini, sangat sulit melakukan itu, kalau yang bersangkutan tidak mempunyia KTP atau NIK dari Blora.

 

Karena itu, warga tersebut kemudian mengurus KTP di Blora, sehingga mempunyai NIK. Karena hanya untuk keperluan haji, maka ketika semua sudah selesai, warga itu tidak ada lagi di Blora. "Mereka juga tidak tinggal di Blora. Saya katakan itu hanya nunut NIK dan KTP saja," tandasnya. (ono)

 

 

[ Senin, 04 Januari 2010 ]

Buat Banyak Sumur Resapan

BLORA - Untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Blora menggalakkan pembuatan sumur resapan. Upaya pembuatan sumur resapan saat ini dinilai tepat, karena sekarang sedang musim penghujan.

 

Menurut Thomas Priyatmoko, kepala bidang konservasi dan rehabilitasi sumber daya alam badan lingkungan hidup Blora, pada 2009 lalu, ada 23 sumur resapan yang dibuat pihaknya sebagai percontohan. "Tahun ini kami anggarkan pembuatan sumur resapan di tiap desa dan tiap kecamatan," ujar Thomas, kemarin (3/1).

 

Puluhan sumur resapan itu, lanjut dia, salah satunya dibuat di kantor BLH. Biaya untuk membuat satu rumor resapan sebesar Rp 3 juta, dengan kedalaman 3 meter dan lebar 90 sentimeter. Namun, masyarakat bisa membuatnya lebih kecil atau lebih besar, sesuai kebutuhan. "Anggaran pembuatan sumur resapan sudah diusulkan di APBD 2010 . Kami fokuskan ke desa-desa dan daerah yang kesulitan air jika musim kemarau," katanya.

 

Dia menjelaskan, pembuatan sumur resapan itu bersifat pancingan. Karena itu, sumur ini dibuat di kantor kecamatan dan desa. Jika warga ingin membuat sumur pribadi di rumah, pemkab mempersilahkan, tetapi anggaran pemkab terbatas.

 

Thomas menambahkan, sumur resapan paling baik diletakkan di dekat sumur. Sebab, itu bisa menjaga agar sumber air di sumur tetap mengalir. "Itu fungsinya, sehingga air yang ada tak habis begitu saja, karena tertampung di bak penampungan sumur resapan." (ono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar