Selasa, 04 Agustus 2009

Pesisir Timur - KEMARAU & AIR BLORA



Monday, 03 August 2009

Kekeringan di Blora barat semakin parah

BLORA - Memasuki Minggu pertama Agustus 2009, kondisi lima kecamatan di Blora barat (Tunjungan, Ngawen, Kunduran, Jati dan Banjarejo), mengalami tingkat kekeringan terparah dibanding 16 kecamatan lain yang ada di kabupaten penghasil kayu jati tersebut.


Pantauan Wawasan, Minggu (2/8), penduduk semakin sulit mendapatkan air bersih karena sumur, sungai, embung-embung dan sumber air lainnya mengering. Penduduk harus bersusah payah mencari sejauh 2-4 kilometer, antre berjam-jam hingga malam hari, membeli secaraa rombongan dan berharap bantuan air segera datang sesering mungkin.


Sukirno, penduduk Karangmojo, Kecamatan Kunduran, Blora, harus mencari air malam hari untuk menghindari antrean. Jarak rumahnya dengan sumur di dekat Masjid kota Kunduran sejauh 2 kilometer.


Lebih parah lagi dialami warga Desa Kebonrejo, Kecamatan Banjarejo, mereka jalan dan bersepeda sejauh sekitar 3 kilometer untuk mendapatkan air di desa tetangga.


Sedangkan desa-desa di Kecamatan Jati, menurut Sudarno, salah satu warga setempat, warga menderita kesulitan air bersih sudah sekitar 2,5 bulan lalu. Bagi yang duitnya cukup bisa membeli dengan harga Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per jerigen.


Tak manfaat

Sementara itu warga di Kecamatan Kunduran, Ngawen, Tunjungan dan Blora di bagian barat yang dihubungi secara terpisah, mengaku mengalami musibah kurang air pada musim kemarau seperti ini sudah bertahun- tahun.


Pemkab selama selama ini hanya mengandalkan cara konvensional droping air menggunakan tangki mobil. “Cara ini bukanlah solusi, kecuali ada niatan menarik pipa-pipa air dari sumber yang ada,” ungkap Sugianto, warga Kelurahan Kunduran.


Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Eko Budhi Resetiawan, mengaku sering menerima masukan dari penduduk wilayah Blora barat agar dapat dilayani air dengan pipanisasi.


Menurutnya, untuk memenuhi harapan itu memang bisa, yakni dengan mengeksploitasi stok air baku melimpah sepanjang tahun di Waduk Bentolo, Todanan. Sumber lainnya seperti Waduk Tempuran, Waduk Greneng.


Dengan dikelolanya Bentolo dengan model pipanisasi, lanjut dia, selain warga masyarakat Kota Blora bakal cukup air, desa-desa di Blora barat bisa terlayani. Hanya saja untuk mewujudkannya, perlu dana sampai Rp 22 miliar yang kini sedang dalam tahap pengusulan bantuan dari pusat. K.9-Tj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar