Rabu, 01 Juli 2009

Harian Sore - AWAS KEMARAU




Rabu, 01 Juli 2009

Waduk Tempuran mengering
50 hektar tanaman padi terancam gagal panen

BLORA - Debit air Waduk Tempuran yang berada di Desa Tempuran, Kecamatan Blora, kini mengalami penurunan yang cukup drastis, terlebih yang berada di bagian Timur, airnya telah mengering. Akibatnya kini, sekitar 50 hektar tanaman padi yang mengandalkan irigasi teknis dari waduk tersebut terancam gagal panen.

Salah satu penjaga Waduk Tempuran, Sumarno (40), mengatakan, sejak bulan April hingga Mei, debit air sudah mengalami penyusutan yang sangat cepat. Puncaknya pada awal Juni, dengan mengeringnya air untuk bagian timur.

Namun untuk bagian barat, airnya masih ada, hanya tingginya 2 meter.

”Untuk bagian timur hitungannya nol meter mas, sehingga sudah tidak bisa untuk pertanian, sementara bagian barat, tingginya 2 meter, dimanfaatkan untuk latihan dayung,” kata Sumarno kepada Wawasan, di lokasi Waduk Tempuran, Selasa (30/6).

Air mulai habis, katanya, karena sekitar satu bulan di wilayah Tempuran dan sekitarnya, sudah tidak pernah turun hujan. Selain untuk pertanian yang tidak bisa, PDAM juga tidak bisa mengalirkan untuk kebutuhan pelanggannya.

Terancam
Di sekitar Waduk Tempuran setidaknya ada sekitar lima desa yang saat ini menanam padi yang menggantungkan air dari waduk tersebut.

Namun yang paling merasakan langsung adalah petani yang berada di Desa Tempuran, sebab saat ini masih ada tanaman padi yang membutuhkan air.

Sekretaris Desa Tempuran, Joko Triyono mengakui, ada petani di desanya yang masih memerlukan air waduk tersebut untuk mengairi tanaman padi yang sudah berumur 70 hari.

”Sebenarnya masih butuh satu kali pengairan, namun karena debit air yang kurang, jelas tidak cukup. Apalagi air yang ada masih digunakan untuk latihan dayung,” katanya.

Menurut Joko, lahan pertanian di Desa Tempuran ada sekitar 40 hektar, sementara 10 hektar lainnya berada di desa lain yang mengandalkan air dari Waduk Tempuran. Karena untuk Desa Tempuran saja masih kurang, maka lahan padi yang lain juga terancam kurang pasokan air.

”Selama ini pengaturannya ya digilir. Kalau bisa disekat ya disekat. Beruntung tanaman padinya hampir panen,” tambah Joko yang juga Ketua Paguyuban Petani Pemakai Air (P3A) Desa Tempuran ini. K.9-ip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar