Fitroh datang ke BPKP bersama anggota tim kejari lainnya. Di antaranya, Kasi Intel Tri Joko. Selain untuk ekspos kasus tanah PA, diyakini tim kejari juga mengonsultasikan sejumlah kasus lain yang saat ini sedang ditangani. Sebab, kejari sekarang juga sedang getol mengusut sejumlah kasus yang diindikasikan terjadi tindak pidana korupsi. Hanya, soal ini Fitroh belum mau membeber. "Kita fokus ke kasus PA dulu," elaknya.
Sebelumnya, kejari sudah membeberkan dan memberikan ringkasan perjalanan kasus itu. Antara lain, keterangan saksi, barang bukti dan hasil penyelidikan yang dilakukan kejari.
Dari keterangan sejumlah saksi yang diperiksa, ada alur cerita tentang proses pengadaan tanah. Resume atas keterangan yang sudah didapat itulah yang diinformasikan ke BPKP. "Setelah diskusi hari ini gelar perkara secara keseluruhan," terangnya.
Jika audit BPKP menemukan adanya kerugian negara, kasus itu akan langsung dinaikkan ke penyidikan. Saat ini, Fitroh sudah mengantongi nama-nama yang menjadi calon tersangkanya. Sehingga, begitu kasus itu ke penyidikan, nama-nama itu langsung ditetapkan sebagai tersangka.
Diberitakan sebelumnya, kejari mengusut pembelian lahan kantor PA Blora seluas 5 ribu meter persegi yang diduga ada permainan sejak 2008 silam. Sebab, lokasi tanah yang maksimal seharga Rp 250 ribu per meter persegi pada 2008, oleh PA dibeli Rp 470 ribu per meter persegi. Diduga, panitia pengadaan kerja sama dengan pemilik tanah untuk menaikkan harga tanah. Dalam pemeriksaan, kejari menemukan kejanggalan. Antara lain, soal anggaran dalam DIPA. Mengacu DIPA dari Mahkamah Agung (MA), maksimal tanah yang harus dibeli seharga Rp 300 ribu per meter persegi, namun faktanya harga tanah yang dibeli Rp 470 ribu per meter persegi. (ono/fiq)
Sumber : (ono/fiq), "Ekspos Kasus PA di BPK", Jawa Pos (Radar bojonegoro), Jum'at - 30 April 2010, http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=155795, (Jum'at, 30 April 2010).
=======
Berbagai atraksi seni seperti barongan dan teater, ditampilkan dalam memeringati meninggalnya sastrawan asal Blora itu. Selain itu, juga digelar diskusi, bedah buku, pameran lukisan, foto, dan sejumlah barang peninggalan sastrawan yang tulisannya banyak diterjemahkan di negara lain tersebut. ''Kami juga akan memutar film dan mendiskusikannya,'' ujar Eko Arifiyanto, koordinator Pasang Surut.
Peringatan meninggalnya pengarang buku Panggil Aku Kartini Saja itu ditandai pembukaan selubung kain yang menutupi patung batu berbentuk setengah badan Pram. Patung itu karya Pungki, seniman patung asal Blora yang jebolan IKJ Jakarta. Pembukaan selubung itu dilakukan Romo Agustinus Tri Budi Utomo.
Selain diikuti warga desa setempat dan aktivis seni dari berbagai daerah, peringatan kemarin juga dihadiri sejumlah kawan Pram semasa masih hidup. Salah satunya, Sulistiyono.
''Kami mengucapkan terima kasih pada apresiasi yang ditujukan untuk Pram,'' ujar Soesilo Toer, adik kandung Pram yang menjadi tuan rumah acara kemarin.
Setelah pembukaan acara, dipentaskan kolaborasi pagelaran barongan dan wayang yang dimainkan grup Gembong Sami Jaya. Grup ini membawakan cerita Geger Bumi Kendeng. Kokok, panggilan akrab Eko Arifiyanto, mengatakan, dia dan penggiat cinta lingkungan lainnya ingin menyebarkan pesan untuk menyelamatkan pegunungan Kendeng yang melintang di Jateng.
''Karena menurut perda RTRW Jateng, Kendeng dijadikan areal pertambangan. Ini sangat berbahaya,'' katanya.
Dulu, pegunungan Kendeng yang melindungi Jateng, termasuk Blora, terbebas dari bencana kekeringan. Sebab, air yang disimpan di pegunungan ini memunculkan mata air yang mengairi sungai dan sumur-sumur warga. Saat ini, menurut Kokok, kondisinya sudah sangat berbeda. Kerusakan alam menjadikan pegunungan Kendeng tidak bisa menyimpan banyak air. ''Karena itu, kekeringan sering melanda kita. Kalau tidak ada yang peduli maka kerusakan akan lebih besar lagi,'' tuturnya. (ono/yan)
Sumber : (ono/yan), "Peringati Meninggalnya Sastrawan Pram", Jawa Pos (Radar Bojonegoro), Jum'at - 30 April 2010, http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=155793, (Jum'at, 30 April 2010).
Jum'at, 30 April 2010.
BLORA - Kerugian akibat banjir bandang di Kecamatan Cepu dan Sambong, Blora serta di Kecamatan Kedewan, Kasiman, dan Malo, Bojonegoro mencapai Rp 6 miliar lebih.
Kerugian materi itu tidak hanya dihitung akibat jalan dan jembatan rusak, rumah roboh, maupun perabotan dan harta benda hanyut. Juga, didasarkan lahan pertanian yang gagal panen. Di wilayah Blora, hampir 200 hektare lahan padi siap panen disapu banjir bandang.
Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpollinmas) Blora kemarin melaporkan kerugian tersebut ke gubernur Jateng. Laporan secara tertulis itu dilengkapi rincian jumlah korban dan kerugian yang diakibatkan banjir bandang tersebut.
Kepala Bakesbangpollinmas Blora Bondan Sukarno menyatakan, kerusakan paling parah terjadi di Kecamatan Cepu. Dari laporan yang masuk, ada lima kelurahan (Cepu, Karangboyo, Ngelo, Balun, Ngroto) serta enam desa (Jipang, Kapuan, Sumberpitu, Mulyorejo, Mernung, dan Nglanjuk) yang disapu banjir bandang dan menelan banyak kerugian.
Dari data yang ada, kerugian terbesar terjadi di Kelurahan Karangboyo. Nilainya sekitar Rp 1,4 miliar. Dari 1.600 rumah warga yang tergenang, 30 rumah rusak berat dan 900 rumah rusak sedang. Selain itu, 10 hektare sawah siap panen dan 5 hektare tegalan rusak. Jalan aspal sepanjang 200 meter dan jalan makadam sepanjang 1.500 meter juga ikut rusak. (lihat tabel). Di kelurahan ini, satu warga meninggal akibat terseret arus.
Sementara banjir bandang di Kecamatan Sambong lebih banyak merusak infrastruktur umum jembatan dan jalan. Kerugian ditaksir Rp 125 juta. Di kecamatan ini, rumah Sarmin, 55, warga Desa Gagakan roboh. Sarmin juga kehilangan satu ekor sapi dan tiga ekor kambing. Jembatan sepanjang 10 m dan lebar 2 m yang menghubungkan desa ini dengan persawahan putus.
Di Desa Brabowan, dua jembatan putus. Yakni, jembatan sepanjang 10 m dan lebar 4 m yang menghubungkan Dusun Kaliareng dengan Desa Giyanti. Serta, jembatan sepanjang 5 m dan lebar 4 m yang menghubungkan Dusun Kaliareng dengan Desa Brabowan.
Sementara di Desa Ledok, dua jalan yang menghubungkan desa setempat ke areal sawah longsor. Kerugian ditaksir Rp 10 juta. ''Kami berharap ada perhatian Pemprov,'' harap Bondan.
Sementara itu, warga hingga kemarin masih sibuk membenahi rumahnya yang rusak. ''Tangan saya pegal-pegal karena harus membersihkan lumpur dari dalam rumah,'' ujar Budi, salah satu warga Cepu.
Di Bojonegoro, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) telah menerima sebagian laporan akibat kerugian banjir bandang di sejumlah desa di Kecamatan Kasiman, Kedewan, dan Malo. ''Kalau di Malo mencapai Rp 1,2 miliar,'' kata Kepala BPBD Bojonegoro Kasiyanto.
Dia menuturkan, kerugian tersebut berdasarkan surat yang dikirim camat Malo kemarin siang. Di wilayah ini, banjir bandang menerjang Desa Tambakromo dan Petak. Di Desa Tambakromo, dua jembatan masing-masing berukuran 2,5 m x 10 m dan 1,5 m x 14 m, rusak diterjang banjir bandang. Selain itu, sebuah rumah rusak berat serta 406 rumah rusak sedang dan ringan.
Disinggung besarnya nilai bantuan uang bagi rumah yang hanyut atau rusak berat, Kasiyanto belum bisa memastikan. Alasannya, BPBD masih perlu merumuskan dan melakukan pengakuratan data di lapangan. ''Kalau itu belum bisa (menyebutkan nilai bantuan uang),'' ujarnya.
Dihubungi terpisah, Camat Kasiman Darwaman menyatakan bahwa sampai kemarin sore pihaknya belum bisa menghitung kerugian akibat banjir bandang. Alasannya, cakupan wilayah yang diterjang banjir bandang cukup luas. ''Kami masih terus melakukan pendataan di lapangan,'' katanya.
Dia menjelaskan, meluapnya Kali Ngaglik, anak Bengawan Solo, mengakibatkan 1,874 rumah yang dihuni 2.253 kepala keluarga (KK) atau 7.820 jiwa di sembilan desa di Kecamatan Kasiman diterjang banjir bandang. Banjir itu menerjang mulai Desa Tambakmerak, Ngaglik, Sidomukti, Batokan, Kasiman, Betet, Besah, Sambeng, dan Sekaran dengan ketinggian air 0,5 hingga 1,5 meter.
''Kalau sementara ya lima buah rumah hanyut, 374 rumah mengalami rusak sedang dan ringan. Banjir juga merusak areal tanaman padi seluas 262 hektare, kacang hijau 26 hektare dan jagung 26 hektare,'' jelasnya.
Ditanya kisaran angka kerugian materi, Darwaman menyebut lebih besar dari Kecamatan Malo. Menurut dia, angka kerugina bisa mencapai Rp 2 miliar lebih. ''Tapi pastinya tunggu data saja nanti,'' pintanya.
Dia menambahkan, saat ini mendung masih menyelimuti wilayah Kasiman dan sekitarnya. Dia khawatir bila hujan deras turun lagi akan menyebabkan banjir bandang. ''Saat ini kondisi masyarakat sedang sudah. Kalau banjir bandang lagi kami nggak tahu seperti apa,'' imbuhnya.
Kemungkinan Air Bengawan Solo Turun
Sesuai prediksi, sejumlah lahan pertanian di Kecamatan Kalitidu, Dander, Malo, dan Kapas terendam air kemarin. Air juga menggenangi wilayah perkotaan di Jalan Kapten Ramli lorong II Ledok Wetan.
Namun, naiknya air Bengawan Solo itu diperkirakan tak lama. Jika tadi malam tidak ada hujan merata di wilayah Bojonegoro dengan intensitas dan curah hujan tinggi, ketinggian air bakal turun.
Kepala BPBD Bojonegoro Kasiyanto memerkirakan air Bengawan Solo di Bojonegoro akan normal nanti sore. Dia menuturkan, di wilayah Dungus, Ngawi hingga kemarin siang masih berada di kisaran siaga II. Namun, sekitar pukul 10.00, ketinggian air menurun.
Sementara papan duga di Karangnongko, Kecamatan Ngraho kemarin berada di kisaran 27 meter (m). Menurut dia, permukaan Bengawan Solo di wilayah tersebut akan bertahan bahkan bisa naik sedikit tadi malam. ''Karena dapat limpahan dari Ngawi,'' jelasnya.
Untuk wilayah Jurug, Solo dan kali Sekayu, Ponorogo, kondisinya berada di bawah siaga. Di papan taman Bengawan Solo sebelah utara pasar Kota Bojonegoro, sekitar pukul 12.00 menunjukkan angka 14,12 m. ''Dan ini masih terus merambat naik,'' katanya. (ono/ade)
Sumber : (ono/ade), "Kerugian Capai Rp 6 M - Kerusakan Akibat Banjir Bandang di Blora-Bojonegoro", Jawa Pos (Radar Bojonegoro), Jum'at - 30 April 2010, http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=155792, (Jum'at, 30 April 2010).
=======