FOKUS
Kapolres Baru Policy Baru
BLORA, SR- Terhitung sejak Selasa (3/10) secara resmi Kapolres Blora dijabat AKBP Isnaeni Ujianto. Tentunya pergantian orang pertama di kepolisian Blora ini, memberi harapan baru dalam menjaga ketertiban diwilayah hukum kabupaten Blora.
Seperti diketahui Jabatan kapolres Blora diserah terimakan dari AKBP R. Umar farouq kepada AKBP Isnaeni Ujianto. Upacara serah terima jabatan (sertijab) dilaksanakan di halaman depan mapolres Blora.
Sebelum menjabat Kapolres Blora, Isnaeni menjadi Kapolres Grobogan. Sedang Umar farouq selanjutnya bakal menempati pos baru sebagai Kasubbag Dukminpres Bagdukminops di Deputi Operasi Mabes Polri.
Sertijab itu sendiri dipimpin Kapolwil Pati Kombes Bambang Sudarisman
Bambang Sudarisman menilai selama ini kinerja Umar Farouq cukup bagus. Hal itu didasarkan pengungkapan dan penyelesaian kasus yang sudah dilakukan. Dari awal tahun ini hingga Oktober lalu.
Kapolwil juga menjelaskan bahwa, di Blora terdapat 231 kasus. Dari jumlah itu, 192 kasus di antaranya (83,11 persen) berhasil diselesaikan.
Kapolwil juga mengakui, Blora juga menjadi daerah yang kondusif selama 2009. Untuk itu dia meminta pejabat yang baru segera beradaptasi dengan lingkungan.
Serta pejabat baru segera menjalin kerja sama dengan para pemimpin di daerah. Kapolwil juga mengingatkan bakal digelarnya pilkada di Blora tahun depan.
Sementara dari pantau SR diberbagai daerah di kabupaten Blora, pada awal kepemimpinan kapolres ini, membuat gebrakan baru di bidang ketertiban dan kedisiplin.
Diantara tertib berlalu lintas serta pemberantasan penyakit masyarakat termasuk narkoba dan sabu-sabu.
Seperti tertangkapnya pengedar Sabu-sabu 5 hari setelah kapolres AKBP Isnaeni Ujianto menjabat di Blora salah satu wujud gebrakan baru Polres Blora. Demikian juga seringnya operasi yang digelar Polantas Blora adalah awal baru wujud kepemimpinan era AKBP Isnaeni Ujianto.
Sukarjo warga Tamanrejo misalnya, dirinya kepada SR menyambut baik program ketertiban bersepeda motor. Bahkan dirinya mengaku berterikasih karena dengan adanya operasi yang digelar Satlantas, sekarang anaknya yang baru SMP jarang memakai motor.
“Saya setuju operasi yang mereka gelar secara rutin, sehingga para pengendara motor yang tidak patuh bisa diambil tindakan. Dan juga bagi pengendara motor dibawah umur bisa ditekan,” katanya.
Sementara ketua Forum Transparansi Blora Amin Faried lebih menekankan polisi sebagai pengayom masyarakat. Artinya dengan era kepemimpinan kapolres baru polisi bias benar-benar menjadi pengayom masyarakat dan menegakan keadilan di Blora.
“Disamping menegakan keadilan, semoga saja kapolres Blora yan baru ini bias membongkar kasus-kasus korupsi disini,” tegas Amin.
Sementara banyak orang juga bertanya, ada apa dibalik berbagai operasi yang digelar secara gencar ini, Dan apakah operasi yang digelar belakangan ini merupakan tradisi bila ada pergantian Kapolres baru.Ataukah kebijaksanaan (policy) baru dari kapolres baru ?
Inilah yang menjadi PR dan tantangan bagi kepolisian Blora yang berjumlah 756 personil untuk lebih baik lagi ditahun 2010 mendatang.(Roes)
Fokus Samping
Saratri Wilonoyudho (Dosen UNNES)
Restrutrisasi Citra Polisi
BLORA, SR- Dalam keterangan pers- nya Saratri Wilonoyudho dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengatakan perlunya Restrutrisasi Citra Polisi.
Dia mengibaratkan dalam dunia marketing, citra adalah modal yang berharga untuk pemasaran. Sehebat apapun mutu sebuah produk, namun jika sudah dicitrakan jelek di mata masyarakat, maka produk itu tidak akan laku.
Demikian pula dengan citra kepolisian. Meski hanya sebagian kecil saja oknum polisi yang menjadi ‘’penjahat berseragam’’ (yang suka menjadi backing kejahatan hingga membuat dia kaya raya), namun toh masyarakat sudah terlanjur menyamaratakan.
“Padahal ribuan polisi lainnya sangat santun, jujur dan hidup dalam kondisi yang memprihatinkan,” kata Saratri.
Itulah nasib polisi, meski pada dasarnya ia baik hati, namun karena korps sering mendapat citra negatif, maka ia menjadi korban juga.
Untuk itu dia menyarankan Tiga Reformasi Polri Reformasi di tubuh Polri telah berjalan cukup lama, dan selama ini ada tiga aspek yang terus dilakukan, yakni dari aspek struktural, instrumental dan aspek kultural.
Untuk aspek struktural tampaknya sudah tidak ada masalah, karena polisi kini telah dipisahkan dengan TNI, demikian pula di tingkat instrumental. Namun untuk aspek kultural, masih memerlukan waktu yang sangat panjang.
Dalam aspek kultural, Polda Jateng sudah mencanangkan Policing with Love, yakni upaya mengubah kultur polisi yang tadinya keras menjadi polisi yang tegas namun humanis.
“Polisi adalah aparat negara yang juga memiliki tugas yang kompleks. Tidak saja sebagai penegak hukum dan ketertiban, pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, namun juga harus mampu menegakkan nilai-nilai demokrasi,” tandasnya.
Dosen UNNES Yang juga penerima penghargaan dari Kapolda Jawa Tengah atas tulisannya tentang Polri menambahkan, UU kepolisian no 2 tahun 2002 menyebutkan peran polri sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, serta pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.(Roes)
Ateng Sutarno (LSM wong Cilik)
Lebih Akrab pada Masyarakat
BLORA,SR- Pergantian kapolres baru Blora juga mendapat perhatian beberapa masyarakat dan salah satunya dari LSM.
LSM Wong Cilik melalui direkturnya Ateng Sutarno, menekankan pentingnya kedekatan seorang polisi dengan rakyat bawah.
Artinya polisi jangan menjadikan momok yang menakutkan bagi masyarakat. Karena image ini tercipta ada oknum polisi sering memanfaatkan permasalahan yan menimpa rakyat kecil.
“Sebagai contoh bila orang kehilangan harus melapor dan melapor harus keluar biaya untuk ini itu. Padahal dengan melaporpun, barang belum tentu bias ditemukan. Inilah salah satu PR yang sudah menunggu kapolres Blora yang baru,” kata Ateng.
Untuk itulah dia berharap agar Kepolisian Blora era kepemimpinan AKBP Isnaeni Ujianto ini lebih mengutamakan pendekatan kemasyarakatan. Sehingga bisa menjadi polisi pelindung dan penjaga keselamatan masyarakat tanpa embel-embel pamrih.
Disamping itu sebagai seorang polisi Blora harus paham aspek kearifan Karena aspek kearifan ini juga merupakan pondasi sikap mental yang penting karena menyangkut sikap religius dan kemampuan menjalin hubungan dengan atasan, bawahan, dan masyarakat.
Keterampilan seorang polisi menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak tersebut mutlak diperlukan untuk menjalankan tugas sehari-hari karena tugas utama seorang polisi adalah melayani masyarakat dan ikut memecahkan persoalan masyarakat. Tanpa hubungan yang baik sikap yang lainnya juga tidak akan berarti.
“Selama bertugas di Blora Bapak AKBP Isnaeni Ujianto kami akan membantu dan mendukung terciptanya Blora yang kondusif,” tambah Ateng Sutarno.(Roes)
Assalamu alaikum
BalasHapus