Senin, 26 Oktober 2009
Perempuan Harus Berkarya
BLORA - Perempuan harus berkarya jika ingin dihargai. Begitu kata Diah Rahmawati dari Persaudaraan Muslimah (Salimah) Semarang saat mengisi acara pengajian umum dan silaturahmi yang digelar Salimah Blora, kemarin. Acara yang digelar di gedung DPRD itu dihadiri pengurus dan anggota Salimah se Kabupaten Blora.
"Berkarya itu bukan harus menemukan atau membuat sesuatu yang luar biasa. Namun menjadi anggota masyarakat yang baik, ibu rumah tangga yang baik dan selalu menamam kebaikan itu sudah termasuk berkarya," ujar Diah di hadapan ratusan hadirin.
Menurut dia, perempuan mempunyai kekuatan luar biasa, sehingga dapat mewarnai peradaban. Karena itu, jika ingin menghancurkan suatu wilayah, rusaklah perempuannya, sehingga otomatis wilayah tersebut akan rusak. "Karena itu, peran dan kekuatan yang sedemikian besar itu harus dimanfaatkan untuk kebaikan dan beribadah,'' kata Litbang Yayasan Bhakti Ibu Semarang ini.
Ibu enam anak ini lantas menuturkan suatu kisah bagaimana seorang ibu bisa melahirkan anak-anak yang luar biasa. Dia bercerita tentang seorang anak kecil di sebuah kampung di Jogjakarta yang terkenal dengan hasil tambang pasirnya. Suatu saat ada anak lelaki yang ikut mengangkut batu. Jarak lokasi penambangan dengan rumah sekitar satu kilometer. Setiap batu yang dia bawa sampai ke truk, dihargai Rp 100. Anak kecil ini kemudian berhasil membawa lima buah batu secara bolak-balik lima kali.
Setelah selesai, dia diberi uang oleh mandor angkut Rp 500. Anak kecil ini amat senang. Melihat itu, si mandor kaget, diberi Rp 500 saja kok senang bukan main. "Kemudian si mandor bertanya, kenapa kamu senang sekali hanya dengan Rp 500," kata Diah dalam cerita. Si anak menjawab, "Emak (Ibu) saya mengajarkan agar selalu bersyukur dan senang atas apa yang kita dapat. Sebab, dengan merasa senang hidup kita akan menjadi berkah,'' lanjutnya.
Mendengar jawaban anak itu, si mandor tertarik dan menyekolahkan bocah itu sampai tinggi. "Apa yang terjadi setelah si anak ini besar. Dia sekarang ini sudah menjadi rektor. Padahal melihat kondisinya dulu, hampir tidak mungkin dia bisa sekolah sampai tinggi. Tapi itulah yang terjadi," tandasnya.
Yang bisa diteladani dari cerita itu, tambah Diah, adalah bagaimanapun kondisinya kebaikan harus selalu ditanamkan. Selain itu, rasa percaya dan yakin akan kebesaran Tuhan harus tetap dijaga. "Karena kalau kita yakin, tak ada sesuatu yang tidak mungkin," tandasnya. (ono)
------
Lintas Muria
Warga yang rumahnya terbakar adalah Takin (60) sebanyak empat buah, Sri Peni (58) dua rumah dan Lasmi (65) empat rumah.
Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun kerugian materiil ditaksir mencapai lebih dari Rp 500 juta. Informasi yang dihimpun menyebutkan, tidak diketahui dengan pasti dari mana asal mula api. Warga baru mengetahui adanya kebakaran setelah api membesar.
''Saya tidak tahu persis dari mana asal api. Tahu-tahu sudah membesar. Awalnya dari atas kandang,'' ujar Takin, salah seorang korban.
Pemilik rumah dibantu warga berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Angin yang berhembus cukup kencang menyulitkan warga memadamkan api. Kobaran api makin membesar dan merembet ke rumah sekitar yang sebagian besar terbuat dari kayu.
Apalagi di sekitar rumah juga terdapat tumpukan jerami pakan ternak. Letak rumah yang saling berimpitan memudahkan api menjalar.
Sebagian warga tetap berupaya memadamkan api, sementara lainnya mengungsikan benda-benda berharga dari dalam rumah.
Dua mobil pemadam kebakaran yang tiba di lokasi juga kualahan menjinakan si jago merah. Mobil pemadam kebakaran harus bolak balik ke lokasi setelah air di dalam tangki habis. .(H18,ros,ud-79)
-----
"Berkarya itu bukan harus menemukan atau membuat sesuatu yang luar biasa. Namun menjadi anggota masyarakat yang baik, ibu rumah tangga yang baik dan selalu menamam kebaikan itu sudah termasuk berkarya," ujar Diah di hadapan ratusan hadirin.
Menurut dia, perempuan mempunyai kekuatan luar biasa, sehingga dapat mewarnai peradaban. Karena itu, jika ingin menghancurkan suatu wilayah, rusaklah perempuannya, sehingga otomatis wilayah tersebut akan rusak. "Karena itu, peran dan kekuatan yang sedemikian besar itu harus dimanfaatkan untuk kebaikan dan beribadah,'' kata Litbang Yayasan Bhakti Ibu Semarang ini.
Ibu enam anak ini lantas menuturkan suatu kisah bagaimana seorang ibu bisa melahirkan anak-anak yang luar biasa. Dia bercerita tentang seorang anak kecil di sebuah kampung di Jogjakarta yang terkenal dengan hasil tambang pasirnya. Suatu saat ada anak lelaki yang ikut mengangkut batu. Jarak lokasi penambangan dengan rumah sekitar satu kilometer. Setiap batu yang dia bawa sampai ke truk, dihargai Rp 100. Anak kecil ini kemudian berhasil membawa lima buah batu secara bolak-balik lima kali.
Setelah selesai, dia diberi uang oleh mandor angkut Rp 500. Anak kecil ini amat senang. Melihat itu, si mandor kaget, diberi Rp 500 saja kok senang bukan main. "Kemudian si mandor bertanya, kenapa kamu senang sekali hanya dengan Rp 500," kata Diah dalam cerita. Si anak menjawab, "Emak (Ibu) saya mengajarkan agar selalu bersyukur dan senang atas apa yang kita dapat. Sebab, dengan merasa senang hidup kita akan menjadi berkah,'' lanjutnya.
Mendengar jawaban anak itu, si mandor tertarik dan menyekolahkan bocah itu sampai tinggi. "Apa yang terjadi setelah si anak ini besar. Dia sekarang ini sudah menjadi rektor. Padahal melihat kondisinya dulu, hampir tidak mungkin dia bisa sekolah sampai tinggi. Tapi itulah yang terjadi," tandasnya.
Yang bisa diteladani dari cerita itu, tambah Diah, adalah bagaimanapun kondisinya kebaikan harus selalu ditanamkan. Selain itu, rasa percaya dan yakin akan kebesaran Tuhan harus tetap dijaga. "Karena kalau kita yakin, tak ada sesuatu yang tidak mungkin," tandasnya. (ono)
------
Lintas Muria
27 Oktober 2009
Sepuluh Rumah Terbakar
BLORA - Kebakaran kembali terjadi di Blora. Kali ini penyebabnya bukan karena bediang maupun perapian yang membakar jerami, namun diduga lantaran korsleting listrik. Sepuluh rumah milik warga hangus dalam musibah yang terjadi di Desa Puledagel, Kecamatan Jepon, sekitar pukul 14.00.Warga yang rumahnya terbakar adalah Takin (60) sebanyak empat buah, Sri Peni (58) dua rumah dan Lasmi (65) empat rumah.
Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun kerugian materiil ditaksir mencapai lebih dari Rp 500 juta. Informasi yang dihimpun menyebutkan, tidak diketahui dengan pasti dari mana asal mula api. Warga baru mengetahui adanya kebakaran setelah api membesar.
''Saya tidak tahu persis dari mana asal api. Tahu-tahu sudah membesar. Awalnya dari atas kandang,'' ujar Takin, salah seorang korban.
Pemilik rumah dibantu warga berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Angin yang berhembus cukup kencang menyulitkan warga memadamkan api. Kobaran api makin membesar dan merembet ke rumah sekitar yang sebagian besar terbuat dari kayu.
Apalagi di sekitar rumah juga terdapat tumpukan jerami pakan ternak. Letak rumah yang saling berimpitan memudahkan api menjalar.
Sebagian warga tetap berupaya memadamkan api, sementara lainnya mengungsikan benda-benda berharga dari dalam rumah.
Dua mobil pemadam kebakaran yang tiba di lokasi juga kualahan menjinakan si jago merah. Mobil pemadam kebakaran harus bolak balik ke lokasi setelah air di dalam tangki habis. .(H18,ros,ud-79)
-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar