[ Senin, 25 Mei 2009 ]
Buka Posko Pengaduan Korupsi
BLORA - Usai dilantik Sabtu lalu di Rembang, Barisan Indonesia (Barindo) Cabang Blora langsung tancap gas. Ketua Divisi Komunikasi Informasi dan Pencitraan (KIP) Barindo Blora, Lilik Yulianto mengatakan, lembaganya akan membuka posko pengaduan korupsi. Posko ini, kata dia, merupakan kewajiban setiap cabang Barindo. ''Dalam minggu ini posko akan segera dibentuk,'' tuturnya ketika dikonfirmasi kemarin.
Menurut Lilik, lembaganya akan membantu masyarakat untuk mengungkap kasus korupsi. Setidaknya, masyarakat mempunyai media untuk menyalurkan laporan soal dugaan korupsi. Nantinya, lanjut dia, Barindo yang akan menindaklanjuti, apakah kasus itu kemudian bisa dilimpahkan ke pihak berwajib atau tidak. ''Bahkan sampai ke KPK pun kita siap. Barindo juga melakukan kerjasama dengan lembaga pemberantas korupsi tersebut,'' katanya.
Selain itu, untuk memaksimalkan kinerjanya, Barindo Blora akan segera membentuk pengurus anak cabang di tingkat kecamatan. Sehingga nanti warga yang mempunyai kasus dugaan korupsi tidak harus datang ke Barindo kabupaten. ''Intinya, kami ingin memaksimalkan diri membantu masyarakat,'' tandasnya. (ono)
Disodok Fuso, Truk Tabrak Rumah
BLORA - Nasib apes dialami Doni, warga Desa Seso, Kecamatan Jepon. Rumahnya
yang terletak di pinggir jalan Blora-Jepon rusak parah bagian depannya akibat dihantam truk bermuatan tunggak jati pada pukul 01.30 kemarin (24/5).
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, karena rumah Doni dalam kondisi kosong. Selain teras hancur, kusen depan, kaca serta tembok ruang depan jebol. Pagar luar rumah bagian kanan juga mengalami hal yang sama.
Sementara, bagian truk bernopol AA 1438 LE yang rusak adalah roda bagian belakang dan kabin. Bak bagian belakang truk yang menyeruduk rumah itu rusak. Pecahan kaca truk berceceran di jalan.
Menurut Sepeno, 35, sopir truk, kecelakaan berawal saat yang dikemudikannya dari Bojonegoro dengan tujuan Jepara, ditabrak dari belakang oleh sebuah truk jenis fuso yang bermuatan drum. Tabrakan terjadi setelah Sepeno berhenti mendadak karena di depannya ada konvoi motor yang juga berhenti mendadak. Saking kerasnya tabrakan dari belakang, truknya menyelonong ke kiri jalan. "Setelah menabrak, truk itu lari. Sampai sekarang belum diketahui,'' katanya. Akibat tabrakan, Supeno dan kernetnya luka ringan di bagian kepala, tangan dan kaki.
Kanit Laka Satlantas Polres Bora Iptu Agus Bidiyana mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menyelidiki penyebab kecelakaan, termasuk melacak truk yang menabrak dari belakang. Sementara, pemilik rumah minta bagian depan rumahnya dibetulkan seperti sedia kala. (ono)
[ Senin, 25 Mei 2009 ]
Pekerja Penggemukan Sapi Mogok Kerja
BLORA - Sebanyak 10 pekerja penggemukan sapi milik Dinas Peternakan (Disnak) Blora melakukan mogok kerja sejak Kamis (21/5) lalu. Mereka menuntut kenaikan gaji,
namun disnak tidak mengabulkannya. Sehingga, mereka memutuskan untuk tidak masuk kerja sebelum tuntutan mereka dipenuhi. "Kami merasa tuntutan kami ini wajar, namun menurut mereka salah,'' ungkap Sofyan didampingi Darno dan Usdin, perwakilan para pekerja kemarin (24/5).
Menurut Sofyan, saat memulai kerja pada 2001, mereka digaji Rp 300 ribu per bulan. Baru satu tahun terakhir mereka mendapat tambahan Rp 25 ribu, sehingga gaji per bulan Rp 325 ribu. Namun, mereka merasa gaji itu tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan yang harus dilakukan. Sebab, setiap orang bertanggung jawab atas 20 ekor sapi. Mulai memberi makan, minum, membersihkan kotoran hingga memandikan sapi. "Kami hanya menuntut gaji Rp 400 ribu per bulan, namun dipersulit,'' tambahnya.
Karena rembugan yang pernah dilakukan antara pekerja dengan pihak penggemukan sapi belum mencapai kesepakatan, mereka belum mau masuk kerja. Sofyan mengungkapkan, pihak penggemukan sapi hanya mau bayar Rp 350 ribu per bulan. Bahkan, mereka mau
membayar Rp 500 ribu se bulan asal pekerja dikurangi menjadi hanya lima orang. "Padahal mengurus sapi itu berat. Kalau hanya lima orang kewalahan,'' ujarnya, sambil menjelaskan di unit penggemukan ada 145 ekor sapi.
Karena itu, pekerja yang rata-rata warga Dukuh Ngelo Bener, Kelurahan/Kecamatan Jepon ini minta upah dinaikkan dan tenaga kerja tetap 10 orang. Sebab, selain dari upah bulanan, mereka tidak menerima apa-apa lagi. Karena itu, Sofyan meminta tuntutan mereka dipenuhi. "Karena upah minimum kabupaten saja Rp 600 ribu,'' tandasnya.
Terpisah, Sarmini, kepala unit penggemukan sapi Disnak Blora membenarkan pekerjanya mogok kerja. Menurut dia, kenaikan gaji sulit diberikan kalau terlalu banyak pekerja. Karena itu, sejak para pekerja itu tidak mau bekerja, dia mendatangkan orang lain untuk memelihara sapi tersebut. "Karena yang kita hadapi ini nyawa. Jika mereka mogok sapi-sapi itu bisa mati,'' ujarnya.
Menurut Sarmidi, ada sistem kerja yang tidak bisa dipenuhi pekerja, sementara pekerja minta bekerja dengan sistemnya. Sehingga pihak unit penggemukan sapi sulit menerima. ''Kami sudah berupaya berdialog, namun masih belum ada hasilnya,'' tandasnya. (ono)
Buka Posko Pengaduan Korupsi
BLORA - Usai dilantik Sabtu lalu di Rembang, Barisan Indonesia (Barindo) Cabang Blora langsung tancap gas. Ketua Divisi Komunikasi Informasi dan Pencitraan (KIP) Barindo Blora, Lilik Yulianto mengatakan, lembaganya akan membuka posko pengaduan korupsi. Posko ini, kata dia, merupakan kewajiban setiap cabang Barindo. ''Dalam minggu ini posko akan segera dibentuk,'' tuturnya ketika dikonfirmasi kemarin.
Menurut Lilik, lembaganya akan membantu masyarakat untuk mengungkap kasus korupsi. Setidaknya, masyarakat mempunyai media untuk menyalurkan laporan soal dugaan korupsi. Nantinya, lanjut dia, Barindo yang akan menindaklanjuti, apakah kasus itu kemudian bisa dilimpahkan ke pihak berwajib atau tidak. ''Bahkan sampai ke KPK pun kita siap. Barindo juga melakukan kerjasama dengan lembaga pemberantas korupsi tersebut,'' katanya.
Selain itu, untuk memaksimalkan kinerjanya, Barindo Blora akan segera membentuk pengurus anak cabang di tingkat kecamatan. Sehingga nanti warga yang mempunyai kasus dugaan korupsi tidak harus datang ke Barindo kabupaten. ''Intinya, kami ingin memaksimalkan diri membantu masyarakat,'' tandasnya. (ono)
Disodok Fuso, Truk Tabrak Rumah
BLORA - Nasib apes dialami Doni, warga Desa Seso, Kecamatan Jepon. Rumahnya
yang terletak di pinggir jalan Blora-Jepon rusak parah bagian depannya akibat dihantam truk bermuatan tunggak jati pada pukul 01.30 kemarin (24/5).
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, karena rumah Doni dalam kondisi kosong. Selain teras hancur, kusen depan, kaca serta tembok ruang depan jebol. Pagar luar rumah bagian kanan juga mengalami hal yang sama.
Sementara, bagian truk bernopol AA 1438 LE yang rusak adalah roda bagian belakang dan kabin. Bak bagian belakang truk yang menyeruduk rumah itu rusak. Pecahan kaca truk berceceran di jalan.
Menurut Sepeno, 35, sopir truk, kecelakaan berawal saat yang dikemudikannya dari Bojonegoro dengan tujuan Jepara, ditabrak dari belakang oleh sebuah truk jenis fuso yang bermuatan drum. Tabrakan terjadi setelah Sepeno berhenti mendadak karena di depannya ada konvoi motor yang juga berhenti mendadak. Saking kerasnya tabrakan dari belakang, truknya menyelonong ke kiri jalan. "Setelah menabrak, truk itu lari. Sampai sekarang belum diketahui,'' katanya. Akibat tabrakan, Supeno dan kernetnya luka ringan di bagian kepala, tangan dan kaki.
Kanit Laka Satlantas Polres Bora Iptu Agus Bidiyana mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menyelidiki penyebab kecelakaan, termasuk melacak truk yang menabrak dari belakang. Sementara, pemilik rumah minta bagian depan rumahnya dibetulkan seperti sedia kala. (ono)
[ Senin, 25 Mei 2009 ]
Pekerja Penggemukan Sapi Mogok Kerja
BLORA - Sebanyak 10 pekerja penggemukan sapi milik Dinas Peternakan (Disnak) Blora melakukan mogok kerja sejak Kamis (21/5) lalu. Mereka menuntut kenaikan gaji,
namun disnak tidak mengabulkannya. Sehingga, mereka memutuskan untuk tidak masuk kerja sebelum tuntutan mereka dipenuhi. "Kami merasa tuntutan kami ini wajar, namun menurut mereka salah,'' ungkap Sofyan didampingi Darno dan Usdin, perwakilan para pekerja kemarin (24/5).
Menurut Sofyan, saat memulai kerja pada 2001, mereka digaji Rp 300 ribu per bulan. Baru satu tahun terakhir mereka mendapat tambahan Rp 25 ribu, sehingga gaji per bulan Rp 325 ribu. Namun, mereka merasa gaji itu tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan yang harus dilakukan. Sebab, setiap orang bertanggung jawab atas 20 ekor sapi. Mulai memberi makan, minum, membersihkan kotoran hingga memandikan sapi. "Kami hanya menuntut gaji Rp 400 ribu per bulan, namun dipersulit,'' tambahnya.
Karena rembugan yang pernah dilakukan antara pekerja dengan pihak penggemukan sapi belum mencapai kesepakatan, mereka belum mau masuk kerja. Sofyan mengungkapkan, pihak penggemukan sapi hanya mau bayar Rp 350 ribu per bulan. Bahkan, mereka mau
membayar Rp 500 ribu se bulan asal pekerja dikurangi menjadi hanya lima orang. "Padahal mengurus sapi itu berat. Kalau hanya lima orang kewalahan,'' ujarnya, sambil menjelaskan di unit penggemukan ada 145 ekor sapi.
Karena itu, pekerja yang rata-rata warga Dukuh Ngelo Bener, Kelurahan/Kecamatan Jepon ini minta upah dinaikkan dan tenaga kerja tetap 10 orang. Sebab, selain dari upah bulanan, mereka tidak menerima apa-apa lagi. Karena itu, Sofyan meminta tuntutan mereka dipenuhi. "Karena upah minimum kabupaten saja Rp 600 ribu,'' tandasnya.
Terpisah, Sarmini, kepala unit penggemukan sapi Disnak Blora membenarkan pekerjanya mogok kerja. Menurut dia, kenaikan gaji sulit diberikan kalau terlalu banyak pekerja. Karena itu, sejak para pekerja itu tidak mau bekerja, dia mendatangkan orang lain untuk memelihara sapi tersebut. "Karena yang kita hadapi ini nyawa. Jika mereka mogok sapi-sapi itu bisa mati,'' ujarnya.
Menurut Sarmidi, ada sistem kerja yang tidak bisa dipenuhi pekerja, sementara pekerja minta bekerja dengan sistemnya. Sehingga pihak unit penggemukan sapi sulit menerima. ''Kami sudah berupaya berdialog, namun masih belum ada hasilnya,'' tandasnya. (ono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar