26 Maret 2010
Gas Liar Menyembur dari Sumur Semanggi
- Warga Dilarang Mendekat
BLORA-Semburan gas liar keluar dari sumur Semanggi P-4 di Desa Semanggi Kecamatan Jepon, Blora. Petugas melarang warga sekitar, termasuk wartawan mendekati lokasi. Langkah itu untuk menghindari timbulnya kebakaran akibat aktivitas warga.
”Jangan sampai ada percikan api di sekitar lokasi. Sebab dikhawatirkan akan mengakibatkan gas yang menyembur terbakar,” ujar Humas Pertamina Region Jawa Blok Cepu, Taufik Riyadi, kemarin.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, semburan gas liar diperkirakan mulai terjadi Rabu (24/3), sekitar pukul 16.00. Para pekerja ketika itu sedang melakukan kerja ulang ganti lapisan (KUPL) sumur yang sudah ada sekitar setahun lalu. KUPL telah dimulai sejak lima hari lalu.
Belum diketahui dengan pasti apa yang menjadi penyebab terjadinya kick gas dari dalam sumur. Namun diduga semburan muncul setelah menembakkan bahan pelapis (proporasi) pada lapisan dalam sumur.
”Para pekerja terus berupaya semaksimal mungkin menutup semburan gas. Kami mendatangkan peralatan dari Cirebon seperti material chemical,” ujar Taufiq.
Dia memperkirakan jika upaya yang dilakukan itu berjalan lancar, setidaknya dibutuhkan waktu selama satu minggu untuk menutup semburan gas.
Menurut Taufiq, semburan gas relatif aman bagi warga sekitar. Pasalnya sumur Semanggi P-4 berada di tengah hutan jati yang berada cukup jauh dari pemukiman warga. Jika kondisi angin tidak berhembus kencang, gas terkumpul di radius 100-200 meter dari lokasi sumur.
Waspada Sementara berdasarkan pemantauan, jarak terdekat lokasi rumah warga dengan sumur sekitar 700 meter hingga satu kilometer. Yakni warga yang bermukim di Dukuh/Desa Semanggi. Di dukuh tersebut berdomisili sekitar 100 kepala keluarga.
Dari pemukiman warga, suara gemuruh semburan gas terdengar jelas. Gas yang menyerupai kabut putih tipis juga tampak membumbung ke angkasa.
”Terus terang kami was-was terjadi apa-apa, misalnya kebakaran atau bau gas yang menyebabkan mual. Namun kami bersyukur kejadian seperti itu hingga kini tidak terjadi,” ujar Puji, seorang warga.
Dia menceritakan saat kali pertama gas menyembur, oleh petugas, warga diminta tidak menyalakan api. Imbauan itu berlangsung pada malam hingga pagi hari Kamis. Sebab saat malam hari, semburan gas sempat mengarah ke pemukiman warga lantaran tidak segera hilang ditiup angin.
Suara semburan gas dari arah sumur juga terdengar jelas dan memekakkan telinga. ”Peristiwa itu baru kali pertama terjadi di sini,” katanya. (H18-33)
sumber : (H18-33), "Gas Liar Menyembur dari Sumur Semanggi", Suara Merdeka Cyber News, Jum'at - 26 Maret 2010, http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/26/103389/Gas-Liar-Menyembur-dari-Sumur-Semanggi, (Jum'at, 26 Maret 2010)”Jangan sampai ada percikan api di sekitar lokasi. Sebab dikhawatirkan akan mengakibatkan gas yang menyembur terbakar,” ujar Humas Pertamina Region Jawa Blok Cepu, Taufik Riyadi, kemarin.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, semburan gas liar diperkirakan mulai terjadi Rabu (24/3), sekitar pukul 16.00. Para pekerja ketika itu sedang melakukan kerja ulang ganti lapisan (KUPL) sumur yang sudah ada sekitar setahun lalu. KUPL telah dimulai sejak lima hari lalu.
Belum diketahui dengan pasti apa yang menjadi penyebab terjadinya kick gas dari dalam sumur. Namun diduga semburan muncul setelah menembakkan bahan pelapis (proporasi) pada lapisan dalam sumur.
”Para pekerja terus berupaya semaksimal mungkin menutup semburan gas. Kami mendatangkan peralatan dari Cirebon seperti material chemical,” ujar Taufiq.
Dia memperkirakan jika upaya yang dilakukan itu berjalan lancar, setidaknya dibutuhkan waktu selama satu minggu untuk menutup semburan gas.
Menurut Taufiq, semburan gas relatif aman bagi warga sekitar. Pasalnya sumur Semanggi P-4 berada di tengah hutan jati yang berada cukup jauh dari pemukiman warga. Jika kondisi angin tidak berhembus kencang, gas terkumpul di radius 100-200 meter dari lokasi sumur.
Waspada Sementara berdasarkan pemantauan, jarak terdekat lokasi rumah warga dengan sumur sekitar 700 meter hingga satu kilometer. Yakni warga yang bermukim di Dukuh/Desa Semanggi. Di dukuh tersebut berdomisili sekitar 100 kepala keluarga.
Dari pemukiman warga, suara gemuruh semburan gas terdengar jelas. Gas yang menyerupai kabut putih tipis juga tampak membumbung ke angkasa.
”Terus terang kami was-was terjadi apa-apa, misalnya kebakaran atau bau gas yang menyebabkan mual. Namun kami bersyukur kejadian seperti itu hingga kini tidak terjadi,” ujar Puji, seorang warga.
Dia menceritakan saat kali pertama gas menyembur, oleh petugas, warga diminta tidak menyalakan api. Imbauan itu berlangsung pada malam hingga pagi hari Kamis. Sebab saat malam hari, semburan gas sempat mengarah ke pemukiman warga lantaran tidak segera hilang ditiup angin.
Suara semburan gas dari arah sumur juga terdengar jelas dan memekakkan telinga. ”Peristiwa itu baru kali pertama terjadi di sini,” katanya. (H18-33)
=======
Lintas Muria
25 Maret 2010
Kelompok Kusta Kunduran Akan Difilmkan
KELOMPOK penderita kusta di wilayah Kunduran, yakni komunitas dari para penderita kusta yang berinisitaif untuk mengobati penyakit sendiri, direncanakan akan dibuat film dokumenter.Adalah Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora yang mempunyai gagasan tersebut. ''Ya, kami memang merencanakan membuat film dokumenter tentang hal itu. Apa pun hal itu adalah keberhasilan dan dimungkinkan merupakan hal yang langka di Indonesia ini,'' ungkap Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Blora Lilik Hernanto SKM MKes.
Menurutnya, adanya sesama penderita kusta yang membuat
komunitas sendiri di Blora dengan kegiatan menyembuhkan penyakit sendiri itu merupakan barang langka di Jawa Tengah. Tidak hanya itu, mungkin di Indonesia merupakan satu-satunya.
''Di Brebres memang pernah berdiri kelompok semacam itu, namun kegiatannya tidak berjalan,'' jelas Lilik.
Dalam perjalanannya, lanjut Lilik, kelom pok itu tidak sekadar berkutat untuk menyembuhkan penyakit yang diderita tiap anggota, namun belakangan, atas inisiatif sendiri, mereka mencari penderita kusta baru. Tujuannya, penderita baru itu diberi pengertian bahwa sebenarnya penyakit kusta itu bisa disembuhkan asal tidak terlambat.
Temukan Penderita Kerja keras dari para anggota kelompok itu ternyata membuahkan hasil, yakni berhasil menemukan delapan penderita kusta baru meski masih dalam kategori suspect (dugaan). Itu justru yang membuahkan hasil. Artinya, para penderita baru itu diberi pengertian banyak hal tentang penyakit kusta.
Banyak hal yang dimaksud adalah bagaimana merawat dan mengobati penyakit masing-masing karena pada prinsipnya penyakit kusta itu bisa disembuhkan. Jika belum sampai cacat permanen, tetap bisa disembuhkan secara total.
Jika muncul pertanyaan, untuk menemukan penderita kusta baru itu tentu para anggota kelompok kusta Kunduran mempunyai ilmu tentang tanda-tanda elementer seseroang terkena kusta, Lilik mengatakan, sudah tentu selama ini pemerintah, dalam hal ini Dinkes, memberikan bimbingan khusus kepada mereka. ''Di samiping men-suplay obat-obatan kepada mereka,'' ungkap Lilik.
Adalah sebuah kenyataan di tengah masyarakat, hingga saat ini masih saja muncul penilaian bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan dari Tuhan sehingga tidak bisa disembuhkan. Lebih ekstrem lagi, ada sebagian warga yang menganggap penderita kusta perlu dikucilkan karena dikhawatirkan akan menular.
Akibat penilaian yang salah itu, seseorang yang terkena kusta cenderung mengurung diri.
Menurut Lilik, tujuan pembuatan film dokumenter itu untuk memberikan pencerahan tentang apa dan bagaimana penyakit kusta itu secara detail.
Dalam film itu akan digambarkan pula bahwa seseorang yang pernah terkena kusta bisa sembuh total dan berkegiatan normal seperti anggota masyarakat lainnya. (Urip Daryanto-71)
sumber : (Urip Daryanto-71), "Kelompok Kusta Kunduran akan Difilmkan", Suara Merdeka Cyber News, Kamis - 25 Maret 2010, http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/25/103264/Kelompok-Kusta-Kunduran-Akan-Difilmkan-, (Jum'at, 26 Maret 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar