[ Selasa, 26 Januari 2010 ]
Jati Rusak Capai 43 Ribu Pohon
Akibat Diterjang Puting Beliung
BLORA - Tegakan pohon jati yang tumbang dan rusak akibat diterjang bencana angin puting beliung, jumlahnya terus bertambah. Jika sebelumnya baru terdata 14.991 tegakan, data terakhir pada Minggu (24/1), totalnya mencapai 43.011 pohon. Begitu juga dengan jumlah petak, sebelumnya tercatat 130 petak, namun kemarin terdata 283 petak. Luas Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) juga bertambah semula 14 menjadi 20 BKH, semua di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu, Blora. ."Data kami sementara total kubikasi tegakan jati yang roboh sekitar 24.000 M3, itu bila diitung sebanyak 43.011 pohon,'' ujar Administratur Perum Perhutani KPH Cepu, Imam Fuji Raharjo, kemarin.
Dia menjelaskan, dari jumlah tegakan sebanyak 43.011 itu, diperkirakan sekitar 24 ribu meter kubik. Bencana alam, kata dia, masih mengancam wilayah hutan yang dikelolanya. Pohon jati yang roboh masih terus terjadi di hutan. Terakhir Sabtu (24/1) lalu pohon jati yang roboh berjumah 11 tegakan.
Menurut mantan DM Pekalongan Barat tersebut, Perhutani mengerahkan cukup banyak tenaga kerja dari warga sekitar hutan untuk memotong-motong dan menarik kayu jati dari hutan ke tempat penimbunan kayu (TPK). Namun dalam sehari, tenaga kerja hanya mampu mengamankan sekitar 300 meter kubik kayu jati dari sekitar 24 ribu meter kubik yang ada. Dengan hitungan itu, setidaknya perlu sekitar 48 hari sampai dua bulan untuk merampungkan jati-jati yang roboh itu. "Selain warga masyarakat, Perhutani juga kerahkan 228 petugas internal,'' tambahnya.
Akibat bencana puting beliung beberapa waktu lalu itu, bukan Perhutani yang rugi, PT PLN UPJ Cepu juga mengalami kerugian sekitar Rp 400 juta. Kerugian itu terjadi akibat 34 gawang rusak, 600 meter kabel jaringan terputus dan jaringan ke desa-desa serta rumah penduduk. Kerusakan itu akibat tertimpa pohon jati dan pohon pelindung yang tumbang. (ono)
Jati Rusak Capai 43 Ribu Pohon
Akibat Diterjang Puting Beliung
BLORA - Tegakan pohon jati yang tumbang dan rusak akibat diterjang bencana angin puting beliung, jumlahnya terus bertambah. Jika sebelumnya baru terdata 14.991 tegakan, data terakhir pada Minggu (24/1), totalnya mencapai 43.011 pohon. Begitu juga dengan jumlah petak, sebelumnya tercatat 130 petak, namun kemarin terdata 283 petak. Luas Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) juga bertambah semula 14 menjadi 20 BKH, semua di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu, Blora. ."Data kami sementara total kubikasi tegakan jati yang roboh sekitar 24.000 M3, itu bila diitung sebanyak 43.011 pohon,'' ujar Administratur Perum Perhutani KPH Cepu, Imam Fuji Raharjo, kemarin.
Dia menjelaskan, dari jumlah tegakan sebanyak 43.011 itu, diperkirakan sekitar 24 ribu meter kubik. Bencana alam, kata dia, masih mengancam wilayah hutan yang dikelolanya. Pohon jati yang roboh masih terus terjadi di hutan. Terakhir Sabtu (24/1) lalu pohon jati yang roboh berjumah 11 tegakan.
Menurut mantan DM Pekalongan Barat tersebut, Perhutani mengerahkan cukup banyak tenaga kerja dari warga sekitar hutan untuk memotong-motong dan menarik kayu jati dari hutan ke tempat penimbunan kayu (TPK). Namun dalam sehari, tenaga kerja hanya mampu mengamankan sekitar 300 meter kubik kayu jati dari sekitar 24 ribu meter kubik yang ada. Dengan hitungan itu, setidaknya perlu sekitar 48 hari sampai dua bulan untuk merampungkan jati-jati yang roboh itu. "Selain warga masyarakat, Perhutani juga kerahkan 228 petugas internal,'' tambahnya.
Akibat bencana puting beliung beberapa waktu lalu itu, bukan Perhutani yang rugi, PT PLN UPJ Cepu juga mengalami kerugian sekitar Rp 400 juta. Kerugian itu terjadi akibat 34 gawang rusak, 600 meter kabel jaringan terputus dan jaringan ke desa-desa serta rumah penduduk. Kerusakan itu akibat tertimpa pohon jati dan pohon pelindung yang tumbang. (ono)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar