06 Juli 2009
Dominan, Penerimaan dari Pusat
Dominan, Penerimaan dari Pusat
BLORA - Pemkab Blora dituntut kreatif menggali sumber penerimaan keuangan melalui pendapatan asli daerah (PAD) tanpa memberatkan masyarakat.
Sebab, penerimaan daerah untuk pembiayaan pembangunan dan pemerintahan relatif terbatas. Satu-satunya penerimaan tertinggi masih bantuan dari Pemerintah Pusat melalui dana alokasi umum (DAU).
Dari pendapatan sebesar Rp 714 miliar, sebagaimana tertuang dalam APBD 2009, penerimaan dari Pemerintah Pusat melalui DAU Rp 487 miliar, dana alokasi khusus Rp 52 miliar, dan bagian dana perimbangan dari pajak dan bukan pajak Rp 90 miliar.
Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana bagi hasil pajak provinsi dan bantuan provinsi diproyeksikan Rp 33 miliar, sedangkan penerimaan murni dari PAD Rp 50 miliar.
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Komang Irawadi mengatakan, ketergantungan terhadap penerimaan dari Pemerintah Pusat adalah hal yang tidak bisa dihindari.
Menurutnya, ketergantungan itu sedikit banyak akan bisa diurai dengan mengoptimalkan PAD. “Tahun ini, PAD Blora ditargetkan Rp 50 miliar.” (H18-71)
Pertahankan Partisipasi Politik dengan Wayang Kulit
BLORA - Menjelang pemilu presiden (pilpres), Depkominfo Kabupaten Blora bekerja sama dengan Radio RSPD Gagak Rimang Blora menggelar Pergelaran Wayang Kulit Sukses Pilpres 2009 di kompleks studio radio itu di Jl Reksodiputro Timur No 54 Blora, Sabtu malam (4/7).
BLORA - Menjelang pemilu presiden (pilpres), Depkominfo Kabupaten Blora bekerja sama dengan Radio RSPD Gagak Rimang Blora menggelar Pergelaran Wayang Kulit Sukses Pilpres 2009 di kompleks studio radio itu di Jl Reksodiputro Timur No 54 Blora, Sabtu malam (4/7).
Acara yang mengusung tema “Sukses Tanpa Ekses” itu dimeriahkan oleh penampilan dalang Ki Anom Suroso dengan mengambil lakon Wahyu Mustika Jati. Menurut ketua panitia Sholichan Mochtar, acara itu digelar untuk mengajak warga masyarakat Kabupaten Blora supaya menjadi contoh yang baik di lingkungannya dalam memberikan hak suara dengan baik dan benar.
“Kami menggelar acara ini untuk mengantisipasi golongan putih (golput—tidak mencontreng) dan mempertahankan sikap warga masyarakat Blora yang sudah terbiasa cerdas berdemokrasi,” katanya.
Dipilihnya wayang kulit, lanjutnya, dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai luhur wayang kulit yang sudah mulai terpinggirkan. Dalam sambutannya, Kepala Depkominfo Kabupaten Blora Drs Dwi Santoso mengatakan, masyarakat Blora mempunyai andil besar dalam pemilu legislatif (pileg) lalu.
Jumpa FansHal itu terbukti dari partisipasi politik masyarakat Blora yang tertinggi se-eks Karesidenan Pati, yaitu di atas 70%. “Masyarakat Blora harus mampu mempertahankan partisipasi politik diatas 70% pada pilpres besok,” tandasnya.
Pergelaran wayang kulit itu selain disiarkan secara langsung melalui RSPD Gagak Rimang juga dimanfaatkan sebagai ajang jumpa fans pendengar setia radio itu di seluruh jangkauan area siaran.Acara itu mendapat sambutan yang antusias dari warga masyarakat Blora.
Terbukti, banyak warga yang datang dari berbagai desa di Blora. Darko (57) misalnya, warga desa Blumbangrejo, Kunduran, Blora mengaku sangat senang dengan acara seperti itu, meskipun harus menempuh perjalanan cukup jauh untuk menyaksikan pementasan tersebut.
“Sekarang ini jarang sekali ada pementasan wayang kulit. Saya hanya bisa mendengarkan wayang kulit melalui radio,” terangnya. Disinggung mengenai partisipasinya dalam pilpres, Darko mengatakan tidak akan menjadi golput dan akan menggunakan hak pilihnya dengan memilih salah satu pasangan calon.
“Pada pileg kemarin saya ikut berpartisipasi sehingga pada pilpres besok saya juga harus ikut,” katanya. (K20-71)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar