11 Juli 2009
Warga Mulai Minta Pengedropan Air
BLORA - Kekeringan yang ditandai dengan sulitnya mendapatkan air bersih mulai dirasakan warga di sejumlah desa di Blora. Karena itu, mereka pun meminta Pemkab mengirimkan bantuan air bersih.
Desa-desa yang warganya mengawali permintaan pengedropan air bersih itu berada di Kecamatan Jati. Selama ini, kecamatan tersebut dikenal sebagai kawasan yang paling parah menderita kekeringan saat musim kemarau tiba. Desa-desa itu adalah Bangklean, Gempol, Kepoh, Jati, Jegong, Singget, Pelem, Randulawang, Tobo, Pengkoljagong, Doplang, dan Gabusan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Waluyo mengemukakan, mulai pekan ini pihaknya menerima surat permohonan bantuan air bersih dari Kecamatan Jati.
Menurutnya, sedikitnya 10 desa di kecamatan tersebut warganya menghendaki pengedropan air bersih. ”Kami merencanakan pengiriman bantuan air bersih itu mulai pekan depan,” ujarnya kemarin.
Waluyo menyebutkan, Pemkab menganggarkan dana dalam APBD untuk bantuan bencana alam sebanyak Rp 140 juta. Dana tersebut antara lain akan dimanfaatkan untuk pengadaan bantuan air bersih. Namun dia mengungkapkan, dana itu hingga kemarin belum cair.
Menurutnya, pengajuan pencairan dana membutuhkan proses administrasi dan waktu.
Walau begitu, Waluyo mengintruksikan kepada para stafnya mengupayakan dana untuk pengadaan bantuan air bersih tersebut.
Dilayani Dulu ”Dari mana pun asalnya dana itu entah utang atau bagaimana, yang penting permintaan bantuan air bersih dilayani dulu,” tandasnya. Dia mengemukakan, anggaran untuk bantuan bencana alam termasuk pengadaan air bersih itu relatif tidak banyak. Karena itu, penggunaannya harus seefektif mungkin.
Dia tidak menginginkan dana sudah habis sementara kekeringan masih berlangsung dan warga tetap meminta bantuan air bersih. Menurutnya, jika muncul permintaan bantuan air bersih dari satu desa biasanya akan diikuti permintaan serupa dari desa lain.
”Selain anggaran dari Pemkab, kami akan mengupayakan bantuan air bersih dari Provinsi dan instansi serta perusahaan di Blora,” ujar dia.
Waluyo tidak bisa memprediksi durasi musim kemarau tahun ini. Sebab, menurutnya, perubahan musim saat ini tidak bisa ditebak.
”Kemarau tahun ini tergolong lambat. Tahun lalu pada Juni sudah masuk. Justru yang kami khawatirkan, keterlambatan itu akan diikuti lamanya musim kemarau. Bisa jadi pada Desem-ber, musim kemarau masih berlangsung,” ujarnya. (H18-69)
Warga Mulai Minta Pengedropan Air
BLORA - Kekeringan yang ditandai dengan sulitnya mendapatkan air bersih mulai dirasakan warga di sejumlah desa di Blora. Karena itu, mereka pun meminta Pemkab mengirimkan bantuan air bersih.
Desa-desa yang warganya mengawali permintaan pengedropan air bersih itu berada di Kecamatan Jati. Selama ini, kecamatan tersebut dikenal sebagai kawasan yang paling parah menderita kekeringan saat musim kemarau tiba. Desa-desa itu adalah Bangklean, Gempol, Kepoh, Jati, Jegong, Singget, Pelem, Randulawang, Tobo, Pengkoljagong, Doplang, dan Gabusan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Waluyo mengemukakan, mulai pekan ini pihaknya menerima surat permohonan bantuan air bersih dari Kecamatan Jati.
Menurutnya, sedikitnya 10 desa di kecamatan tersebut warganya menghendaki pengedropan air bersih. ”Kami merencanakan pengiriman bantuan air bersih itu mulai pekan depan,” ujarnya kemarin.
Waluyo menyebutkan, Pemkab menganggarkan dana dalam APBD untuk bantuan bencana alam sebanyak Rp 140 juta. Dana tersebut antara lain akan dimanfaatkan untuk pengadaan bantuan air bersih. Namun dia mengungkapkan, dana itu hingga kemarin belum cair.
Menurutnya, pengajuan pencairan dana membutuhkan proses administrasi dan waktu.
Walau begitu, Waluyo mengintruksikan kepada para stafnya mengupayakan dana untuk pengadaan bantuan air bersih tersebut.
Dilayani Dulu ”Dari mana pun asalnya dana itu entah utang atau bagaimana, yang penting permintaan bantuan air bersih dilayani dulu,” tandasnya. Dia mengemukakan, anggaran untuk bantuan bencana alam termasuk pengadaan air bersih itu relatif tidak banyak. Karena itu, penggunaannya harus seefektif mungkin.
Dia tidak menginginkan dana sudah habis sementara kekeringan masih berlangsung dan warga tetap meminta bantuan air bersih. Menurutnya, jika muncul permintaan bantuan air bersih dari satu desa biasanya akan diikuti permintaan serupa dari desa lain.
”Selain anggaran dari Pemkab, kami akan mengupayakan bantuan air bersih dari Provinsi dan instansi serta perusahaan di Blora,” ujar dia.
Waluyo tidak bisa memprediksi durasi musim kemarau tahun ini. Sebab, menurutnya, perubahan musim saat ini tidak bisa ditebak.
”Kemarau tahun ini tergolong lambat. Tahun lalu pada Juni sudah masuk. Justru yang kami khawatirkan, keterlambatan itu akan diikuti lamanya musim kemarau. Bisa jadi pada Desem-ber, musim kemarau masih berlangsung,” ujarnya. (H18-69)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar